Koran Sulindo – Pandemi Covid–19 masih menjadi tantangan bagi dunia usaha. Namun di sisi lain, pandemi ini juga memunculkan trend dan peluang baru bagi pelaku usaha, termasuk UMKM, salah satu trend tersebut adalah adanya kecenderungan pelaku usaha kecil lebih akrab dengan penjualan e-commerce, sebagai salah satu cara bertahan dari krisis. Di tengah kecenderungan UMKM yang semakin go digital, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyiapkan ekosistem layanan digital dalam payung BNI Smart Solution.
Untuk segmen UMKM, BNI menyiapkan paket program digitalisasi menyeluruh. Dari sisi pembiayaan, Pertama, BNI terus menyempurnakan proses bisnis secara end to end utamanya melalui penguatan mobile apps, yang disebut BNI Move, sehingga diharapkan proses kredit dapat menjadi lebih mudah dan cepat. Kedua, BNI terus mengembangkan lebih lanjut ekosistem pendukung, diantaranya ekosistem pertanian digital dengan nama BNI smartfarming, ekosistem perikanan atau BNI smart-fisheries, ekosistem kesehatan atau BNI smart-healthcare, ekosistem Pendidikan atau BNI smart-education.
“Dalam payung BNI smart solution, kami menggarap potensi pembiayaan dari hulu hingga hilir, termasuk menggarap transaksi nasabah secara close loop dan digital,” ujar Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal di Jakarta, Selasa (22/12).
Adapun dari sisi transaksi, BNI terus meningkatkan kehandalan berbagai alat dan fitur pembayaran digital seperti Electronic Data Capture (EDC), QRIS, mobile banking, Tapcash dan Tapcash Go, BNI MORE untuk mobile remmitance, hingga BNI Direct untuk cash management, guna mendukung kelancaran transaksi para pelaku UMKM. Selain itu, BNI juga terus mengembangkan API (application programing interface) untuk memperkuat layanan kerja sama bisnis dengan mitra e-commerce hingga mitra fintech.
“Digitalisasi UMKM ditengah pandemi ini merupakan suatu keharusan, hal ini dikarenakan adanya shifting trend pembelian dari tatap muka menjadi online. Agar UMKM dapat memperluas jangkauan pasarnya maka UMKM harus terhubung dengan platform digital/e-commerce,” ujar Iqbal.
Iqbal menyebutkan, himpunan strategi untuk membantu UMKM kembali tangguh pasca Pandemi telah disiapkan dan diharapkan akan menopang pertumbuhan kredit UMKM pada level moderat pada akhir tahun 2020 pada kisara 9 – 10%. Moderat growth ini didukung oleh adanya penempatan dana pemerintah di BNI sebagai bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yakni sebesar Rp 7,5 triliun, yang saat ini sudah di-leverage lebih dari 3 kali sebagai dukungan dan komitmen BNI ikut serta dalam memulihkan ekonomi Indonesia.
“Pada tahun 2021 diproyeksikan merupakan momentum pemulihan ekonomi, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun demikian kondisi tersebut masih dibayangi oleh penyebaran Covid-19 yang sampai saat ini masih tinggi. Atas kondisi makro ekonomi tersebut, serta perkembangan pandemi saat ini, BNI memproyeksikan pertumbuhan kredit UMKM di tahun 2021 akan kami jaga di level yang lebih kurang yang sama seperti tahun 2020,” ujar Iqbal.
BNI Orbitkan UMKM ke Pasar Internasional
BNI terus mendorong Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) binaannya dapat memanfaatkan pasar global. Untuk itu, perseroan memanfaatkan jaringan kantor cabang di luar negeri dalam mengakselerasi bisnis UMKM di luar negeri.
Iqbal menjelaskan, BNI saat ini memiliki 6 kantor cabang di luar negeri yang bisa digunakan untuk membuka akses pasar bagi produk UMKM melalui penguatan kerja sama dengan diaspora, KBRI hingga pelaku pasar global.
“Meski demikian, saat ini ada dua tantangan bagi UMKM menembus pasar internasional, pertama kurangnya informasi dari pelaku UMKM domestik mengenai kebutuhan atau demand di luar negeri. Kedua, masih kurangnya pemahaman pelaku UMKM mengenai syarat-syarat dalam mengekspor produk, seperti sertifikasi misalnya. Namun, kedua tantangan itu disiasati dengan melibatkan kedutaan besar, diaspora hingga pelaku pasar global guna membantu produk-produk UMKM binaan BNI bisa menembus pasar ekspor,” ujar Iqbal.
Hingga saat ini sudah ada beberapa contoh pelaku UMKM binaan BNI yang sudah mengekspor produknya ke luar negeri. Pertama, mitra UMKM BNI asal Jawa Tengah, yang memproduksi paper bag dan pakaian disposabel. Saat ini produk-produknya sudah merambah ke pasar Perancis, Amerika Serikat dan Australia.
Selanjutnya, ada UMKM lainnya asal Jawa Timur yang bergerak di bisnis sari apel. BNI memfasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada UMKM tersebut. Saat ini, produsen sari apel tersebut sudah mengekspor produknya ke Jepang dan Belanda. [Adv]