Koran Sulindo – Menko Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, mengatakan batik Indonesia telah terinskripsi pada representatif warisan kemanusiaan untuk budaya non-bendawi UNESCO pada 2009. Dengan demikian, dunia mengakui kerajinan batik telah terjalin dan melekat erat dengan identitas budaya bangsa indonesia.
Puan optimistis produk batik Indonesia tetap dapat bersaing dengan batik impor. Khususnya soal kualitas bahan dan motif.
“Pembatik kita memang nomor satu, enggak bisa dikalahkan. Sampai titik, lurik, corak, garis, itu detail dan itulah yang enggak bisa dibuat mereka,” kata Puan, saat menghadiri pameran batik di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Minggu (2/10).
Menurut Puan, kalau diperhatikan lebih seksama, batik dalam negeri lebih halus dan rapi.
Menko PMK juga menjelaskan anak-anak mulai perlu diajarkan membatik dan nantinya dapat diarahkan dan terrintegrasi dengan industri. Saat ini, SMK 27 Jakarta sudah menerapkan pembelajaran batik.
Ke depan, Kemenko PMK dan Yayasan Batik Indonesia bahkan berencana memasukkan pelajaran keterampilan membatik ke dalam program revolusi mental dengan harapan agar batik ini dapat berkembang lebih baik lagi dan mengakar ke anak-anak Indonesia. Sebagai contoh, motif yang terdapat pada Batik Parang yang mencerminkan semangat bergelora dan saling berkesinambungan.
Puan juga menyebut, keberpihakan pemerintah terhadap industri batik nasional cukup tinggi. Oleh sebab itu, dia tetap yakin batik nusantara akan tetap unggul dibandingkan batik impor.
“Tentu saja inovasi harus tetap dilakukan agar kita tidak kalah saing,” katanya.
Pada kesempatan itu Puan juga menyampaikan apresiasi banyaknya orang Indonesia, khususnya kaum muda, yang menjadikan batik sebagai busana sehari-hari.
Turut hadir mendampingi Puan adalah Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia Yultin Ginanjar Kartasasmita, istri Wakil Gubernur DKI Jakarta Heppy Djarot Saiful Hidayat, dan perwakilan dari Kementerian Perindustrian. [kemenkopmk.go.id/pdiperjuangan-jatim.com/DAS]