Sulindomedia – Menyambut Hari Kesehatan Sedunia dengan tema besarnya adalah upaya pengentasan diabetes yang jatuh pada Kamis ini (7/1/2016) ini, ahli penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM)-Yogyakarta, Dokter R Bowo Pramono, SpPd, KEMD(K) mengingatkan penyakit diabetes melitus (DM) masih menjadi persoalan kesehatan serius di dunia, termasuk Indonesia.

Dikatakan, Indonesia merupakan negara yang berada di urutan keempat dengan prevalensi diabetes tertinggi di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Bahkan, jumlah pengidap diabetes terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama untuk DM tipe 2. WHO memperkirakan, jumlah penderita DM tipe 2 di Indonesia akan meningkat signifikan hingga 21,3 juta jiwa pada 2030 mendatang.

Yang bikin miris, kata Bowo, lebih dari 60% pengidap diabetes tidak sadar kalau terkena diabetes. “Kebanyakan datang ke dokter dalam kondisi sudah komplikasi,” ungkap Bowo, Rabu kemarin (6/4/2016).

Menurut Bowo, diabetes bukanlah suatu penyakit yang mematikan. Kendati begitu, penyakit yang timbul akibat peningkatan kadar gula dalam darah ini bisa mematikan apabila terjadi komplikasi. “Karenanya, skrining diperlukan dengan rajin check upsetahun sekali,” tuturnya.

Bowo juga mengingatkan pentingnya meningkatan kesadaran masyarakat untuk lebih mengenali gejala diabetes sedini mungkin. Dijelaskan, terdapat tiga gejala klasik diabetes yang dikenal dengan istilah 3 P, yaitu poliuri atau sering buang air kecil, polifagi atau sering merasa lapar, dan polidpsi atau sering merasa haus. Di samping itu juga mengalami penurunan berat badan tanpa disertai dengan sebab yang jelas. “Gejala-gejala ini memang kerap tidak diperhatikan sebagai keadaan yang harus dikhawatirkan sehingga tidak ada langkah untuk melakukan pemeriksaan ke dokter,” kata Bowo.

Ia mengharapkan masyarakat lebih memperhatikan kesehatan dengan menjalani pola hidup sehat untuk menghindari penyakit diabetes, antara lain dengan makan sesuai kebutuhan dengan komposisi nutrisi seimbang dan melakukan olahraga secara rutin. “Pencegahan primer dilakukan dengan menjaga agar orang yang berisiko diabetes tidak sampai terkena diabetes karenanya perlu dilakukan skrining,” ujar Kepala SMF/KSM Penyakit Dalam RSUP Dokter Sardjito ini.

Sementara itu, pencegahan sekunder dilakukan agar penderita diabetes tidak mengalami komplikasi akut. Karena, DM apabila tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan komplikasi kronis, seperti stroke, serangan jantung, gangguan saraf tepi, dan amputasi. Begitu pula dengan pencegahan tersier perlu dilakukan, agar penderita diabetes yang terkena komplikasi tidak mengalami cacat, amputasi, bahkan kematian.

“Karenanya program edukasi dan sosialisasi akan gejala, upaya pencegahan, dan pengelolaan diabetes ini sangat dibutuhkan untuk menekan prevalensi diabetes secara nasional,” ujarnya. [YUK]