Presiden Soekarno Bicara Hubungan Negara dan Agama

Ilustrasi/LIFE

Koran Sulindo – Presiden Soekarno menyatakan Negara Republik Indonesia ini hanya wadah yang harus kita sempurnakan dan di dalam mana kita dapat mengembangkan agama sebaik-baiknja.

Dapatkah kita sempurnakan air didalam gelas, kalau gelas itu retak, sekalipun terbuat dari emas?” tanya Soekarno, dalam amanat kepada para ulama jang hadir didalam pertemuan di Istana Bogor, 7 Maret 1954.

Pertemuan itu diadakan berhubung dengan penutupan konperensi Ulama seluruh Indonesia  yang diadakan dari 3 hingga 6 Maret 1954. Konperensi itu antara lain membicarakan hukum agama dalam hubungannya dengan hukum negara.

Hadir juga dalam pertemuan itu Wakil Presiden Hatta, Perdana Menteri Ali Sastroamidjodo, Wakil P.M. I Mr. Wongsonegoro, Wakil P.M. II Zainul Arifin, Menteri Sosial R.P. Suroso, Menteri Agama K.H. Maskur, Ketua Parlemen Mr. Sartono, Sekretaris Djenderal Kementrian Agama Kafrawi, dan lebih jurang 35 orang Alim-Ulama jang terkemuka dari seluruh Indonesia.

Pertemuan dibuka pada djam 9.30 oleh Menteri Agama K.H. Maskur, disusul pembatjaan laporan tentang keputusan-keputusan konperensi oleh Kyai Daud Rusdi dari Palembang.

Setelah itu Presiden berpidato dan menyatakan pertemuan para Ulama di Istana Bogor itu belum pernah terjadi sebelumnya. Soekarno merasa terharu, karena salah satu keputusan konperensi adalah Presiden Republik Indonesia adalah Walijul Amri Danuri (penguasa Negara) jang wajib ditaati.

Soekarno mengatakan ditindjau dari alam politik maka suatu bangsa jang ingin merdekq harus mempersatukan semua golongan, terutama golongan agama dan nasional.

“Dan perdjuangan kita meniadakan penjajahan baik politik dan ekonomis kini belum selesai dan tidak akan berhasil djika kita terus-menerus bertengkar antara kita sama kita,” kata Bung Karno. “Tetapi itu tidak berarti, bahwa Islam harus tunduk kepada jang bukan Islam, melainkan persatuan itu adalah sekedar perkawinan, koordinasi didalam perdjuangan menjempurnakan negara kita ini. Negara Republik Indonesia hanjalah sekedar wadah jang harus kita sempurnakan dan didalam mana kita dapat mengembangkan agama kita sebaik-baiknya.”

Pertemuan itu ditutup oleh Menteri Agama K.H. Maskur pada djam  11.00 siang dan kemudian para Ulama melihat-lihat Istana Bogor. Selesai itu rombongan Presiden dan para Ulama mendju ke Istana Tjipanas dimana diadakan djamuan makan siang dan ramah-tamah sampai djam 15.00. [Antara Doeloe/DAS]