Koran Sulindo – Presiden Venezuela Nicolas Maduro lolos dari upaya pembunuhan saat mengikuti upacara militer memperingati ulang tahun Garda Nasional ke-81 di Caracas, Sabtu (4/8).
Serangan terjadi ketika Maduro tengah berbicara tentang ekonomi tiba-tiba mendongak ke atas dan audio terputus.
Kamera televisi lantas menyorot sejumlah prajurit yang mulai berlarian. Siaran itu langsung berhenti.
Menteri Komunikasi Jorge Rodriguez yang mengkonfirmasi serangan itu menyebut serangan melibatkan beberapa pesawat tak berawak yang dikemas dimuati bahan peledak.
“Presiden Nicolas Maduro meminta saya untuk memberi tahu negara tentang apa yang terjadi,” Rodriguez sesaat setelah serangan itu.
“Ketika kami berada di ulang tahun ke-81 parade militer, di akhir acara di Bolivar Avenue di Caracas, pada pukul 5:41 siang ada ledakan.”
Ia menyebut penyelidikan tengah digelar dan menemukan bahwa beberapa objek terbang seperti drone yang memuat bom meledak di dekat tempat presiden memberikan pidato.
Rodriguez menuduh oposisi sayap kanan negara berada di balik serangan. “Setelah kalah pemilihan suara, mereka gagal lagi,” katanya.
Pernyataannya mengacu pada pemilihan presiden Venezuela pada bulan Mei lalu, di mana Maduro terpilih kembali untuk masa jabatan enam tahun ke depan.
“Penyelidikan telah menghasilkan bukti bahwa ini adalah upaya melawan kehidupan Presiden Nicolas Maduro, tetapi dia benar-benar tidak terluka,” kata Rodriuez.
Pada pidato yang disiarkan langsung melalui televisi nasional, Maduro mengatakan dirinya baik-baik saja.
Ia menuduh kekuatan sayap kanan yang didukung kaum imperialis berada di belakang rencana pembunuhan itu.
“Mereka telah mencoba untuk membunuh saya hari ini, rencana itu merujuk pada orang-orang ultra-kanan Venezuela. Nama Juan Manuel Santos berada di belakang serangan ini,” kata Maduro.
“Saya memberi tahu anda bahwa mereka semua telah ditangkap, mereka yang berusaha membunuh saya sedang diproses. Saya tidak mengatakan lebih banyak, tetapi penyelidikannya sedang berlangsung,” kata dia.
“Saya katakan kepada oposisi Venezuela bahwa saya menjamin Anda dapat hidup di negara ini dengan damai. Namun, jika sesuatu terjadi pada saya, Anda harus menghadapi jutaan Campesinos.”
“Saya hidup, dan saya dapat memberitahu Anda bahwa setelah upaya ini, saya bahkan lebih bertekad untuk memperjuangkan revolusi.”
Maduro menyebut penyelidikan awal menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang bertanggung jawab atas serangan tersebut termasuk pemodal dan perencana tinggal di negara bagian Floriada, AS.
“Saya berharap administrasi Trump bersedia untuk melawan kelompok-kelompok teroris yang melakukan serangan di negara-negara damai di benua kami, dalam hal ini, Venezuela.”
Serangan drone ini bukan kali pertama yang harus dihadapi Maduro. Bulan Juni 2017 silam sebuah helikopter menyerang dan menjatuhkan granat di Mahkamah Agung Venezuela.
Oscar Pérez, pilot helikopter elite yang mengklaim melakukan serangan helikopter itu mendesak orang-orang di Venezuela bangkit melawan pemerintahan Presiden Maduro.
Dia terbunuh oleh polisi dalam sebuah pengepungan dekat Caracas pada Januari lalu. [TGU]