Presiden Jokowi pada acara penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2017, di Main Hall Gedung BEI, Jakarta, Jumat (29/12) sore. (Foto: Humas/Jay)

Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo mengkritik kebiasaan investor yang lebih senang mendengar kabar mengkhawatirkan dan belum tentu jelas kebenarannya. Padahal kabar-kabar tersebut selain memicu rasa pesimis juga membuat kita kehilangan peluang dan kesempatan yang kadang hanya sekali datangnya.

Menurut Jokowi, jika investor selalu mengambil posisi wait and see maka akan kehilangan peluang dan kesempatan‎ yang ada, karena angka-angka ekonomi menunjukkan pada trend positif.

“Angka-angkanya sudah bagus, kemudian lembaga-lembaga rating sudah memberikan penilaian, ease of doing bussiness kita juga melompat tinggi, inflasi juga baik di bawah 4 persen, terus apa lagi? Saya harus ngomong apa? Kalau investornya wait and see,” kata Jokowi pada acara penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2017 di Main Hall Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (29/12).

Ia mengingat dulu tahun 2015 investor wait and see karena ada Pilkada. Tahun berikutnya ada lagi Pilkada dan wait and see lagi, hal tersebut juga kembali berulang pada tahun 2017.

“Tahun depan ada Pilkada lagi kan, wait and see. Tahun depannya lagi ada Pilpres, wait and see. Apa kita mau seperti itu terus. Yang politik silakan politik, yang ekonomi kita garap bersama-sama urusan ekonomi,” kata Jokowi.

Awal tahun ini hampir semua analis mengingatkan agar mewaspadai kenaikan suku bunga dolar di Amerika. Mereka wanti-wanti agar hati-hati dengan kenaikan suku bunga dollar oleh Bank Sentral Amerika, The Fed. Prediksinya semua mata uang lain bakal rontok.

Selain suku bunga, analis juga mengkhawatirkan stimulus fiskal besar-besaran Presiden Amerika Donald Trump akan memicu kaburnya arus modal kembali ke Amerika. Belum lagi soal sentimen menguatnya sentimen proteksionisme di seluruh dunia yang dianggap bakal memicu perang dagang. Di Eropa naiknya tokoh-tokoh garis keras juga dikhawatirkan membawa dampak buruk.

“Tapi apa yang terjadi akhirnya? Dollar AS melemah sepanjang tahun 2017 dan sudah kembali di bawah titik saat kemenangan Presiden Trump di pemilu Amerika tahun lalu. Arus modal ke negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia juga sebuah rekor,” kata Jokowi.

Dalam kesempatan tersebut Presiden mengapresiasi nilai akhir perdagangan di BEI yang ditutup menguat 0,66 persen atau pada level 6.355,65. Angka tersebut merupakan level tertinggi sepanjang sejarah perdagangan di BEI. “Alhamdulilah telah kita tutup pada sore hari ini IHSG dengan angka 6.355,65. Ini angka yang di luar perkiraan kita semuanya.”

Ditutup dengan angka positif, Jokowi ingat awal tahun 2017 ketika banyak kalangan pesimistis IHSG tahun 2017 ini tembus di level 6.000. Bagaimana jika waktu itu prediksi para analisis ditanggapi secara serius oleh pemerintah, Jokowi yakin IHSG pada penutupan perdagangan tidak bakal sebaik sekarang.

“Coba bayangkan andaikata di awal tahun semua saham, semua properti itu kita jual karena kita ketakutan menghadapi risiko-risiko yang digambarkan tadi? Kita hanya pegang cash. Berapa keuntungan yang hilang?” kata Jokowi.

Walaupun begitu, Jokowi menambahkan pemerintah akan tetap berupaya mempertahankan momentum positif tersebut agar kinerja pasar modal tetap terjaga. Investor juga diminta tidak terlalu mengkhawatirkan risiko global yang membayangi tahun depan.

“Saya kira memang banyak hal yang masih terus kita diperbaiki. Kita akan perbaiki terus. Tapi jangan terlalu khawatir, kita harus optimistis,” kata Jokowi.[TGU]