Jakarta – Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan ia yakin Teheran dapat menyelesaikan perbedaannya dengan Amerika Serikat melalui dialog, tetapi kepercayaan akan menjadi masalah setelah serangan AS dan Israel terhadap negaranya.
“Saya yakin kami dapat dengan mudah menyelesaikan perbedaan dan konflik kami dengan Amerika Serikat melalui dialog dan pembicaraan,” kata Pezeshkian kepada podcaster sayap kanan AS Tucker Carlson dalam sebuah wawancara pada Sabtu (05/07/2025) dan dirilis pada hari Senin (07/07/2025), dikutip dari Al Jazeera.
Pernyataannya muncul kurang dari sebulan setelah Israel melancarkan kampanye pengeboman yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 13 Juni terhadap Iran, yang menewaskan komandan militer dan ilmuwan nuklir.
Serangan Israel terjadi dua hari sebelum Teheran dan Washington dijadwalkan bertemu untuk putaran baru perundingan nuklir, menghambat negosiasi yang bertujuan mencapai kesepakatan mengenai program nuklir Iran.
Seminggu kemudian, dalam serangan terpisah pada 21 Juni, AS juga mengebom tiga fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Media pemerintah Iran mengatakan pada Senin bahwa jumlah korban tewas akibat perang 12 hari telah meningkat menjadi sedikitnya 1.060.
Pezeshkian menyalahkan Israel, musuh bebuyutan Iran, atas gagalnya perundingan dengan AS.
“Bagaimana kita bisa mempercayai Amerika Serikat lagi?” tanyanya.
“Bagaimana kita bisa tahu dengan pasti bahwa di tengah perundingan, rezim Israel tidak akan diberi izin lagi untuk menyerang kita?”
Presiden Iran juga menuduh Israel berusaha membunuhnya selama serangan bulan Juni.
“Ya, mereka memang mencoba. Mereka bertindak sesuai dengan itu, tetapi mereka gagal,” kata Pezeshkian kepada Carlson saat menjawab pertanyaan apakah ia yakin Israel telah mencoba membunuhnya.
“Bukan Amerika Serikat yang berada di balik upaya pembunuhan terhadap saya. Melainkan Israel. Saya sedang berada di sebuah pertemuan … mereka mencoba membombardir wilayah tempat kami mengadakan pertemuan itu,” katanya, menurut terjemahan pernyataannya dari bahasa Persia ke bahasa Inggris.
Pada tanggal 16 Juni, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga tidak mengesampingkan rencana untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dengan mengatakan hal itu akan “mengakhiri konflik”, setelah muncul laporan bahwa Presiden AS Donald Trump telah memveto tindakan tersebut.
Sementara gencatan senjata antara Iran dan Israel telah berlaku sejak 24 Juni, selama wawancara dengan Carlson, Pezeshkian menuduh Netanyahu mengejar “agendanya sendiri” untuk “perang abadi” di Timur Tengah dan mendesak Trump agar tidak terseret ke dalam perang dengan Iran yang dicetus oleh pemimpin Israel tersebut.
Iran Menuntut Pertanggungjawaban Israel dan AS
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi telah memperingatkan bahwa jika Israel tidak dimintai pertanggungjawaban atas serangannya terhadap Iran, “seluruh kawasan itu dan sekitarnya akan menderita”.
“Serangan AS-Israel terhadap fasilitas nuklir kami merupakan pelanggaran berat terhadap NPT [Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir] dan Resolusi DK PBB 2231 yang telah mendukung program nuklir damai Iran pada tahun 2015 melalui konsensus,” kata Araghchi dalam pidatonya di pertemuan puncak BRICS di Brasil, yang dikutip oleh Press TV yang dikelola pemerintah.
“Keterlibatan AS selanjutnya dalam agresi ini dengan menargetkan instalasi nuklir damai Iran tidak menyisakan keraguan mengenai keterlibatan penuh pemerintah Amerika dalam perang agresi Israel terhadap Iran.”
Iran memperoleh dukungan dari negara-negara BRICS+ lainnya yang bertemu di Rio de Janeiro pada hari Minggu, dengan blok tersebut mengecam serangan udara Israel dan AS baru-baru ini yang menghantam target militer, nuklir, dan target lainnya.
Kelompok yang beranggotakan 11 negara itu berkata serangan itu “merupakan pelanggaran hukum internasional”.
“Kami mengutuk serangan militer terhadap Republik Islam Iran sejak 13 Juni 2025,” kata para pemimpin dalam pernyataan pertemuan puncak, tanpa menyebut nama Amerika Serikat atau Israel.
“Kami selanjutnya menyatakan keprihatinan serius atas serangan yang disengaja terhadap infrastruktur sipil dan fasilitas nuklir damai,” blok tersebut menambahkan.
Deklarasi tersebut merupakan kemenangan diplomatik bagi Teheran, yang telah menerima dukungan regional atau global terbatas setelah kampanye pengeboman selama 12 hari oleh militer Israel, yang berpuncak pada serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan. [BP]




