Presiden Irak Barham Salih [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Presiden Irak Barham Salih meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk membebani Irak atas persoalannya dengan Iran. Kendati AS menjadi sekutu utama Irak, Irak dipastikan tetap mengutamakan kepentingan bangsanya.

“Kami tinggal di sini, tidak akan memprioritaskan kebijakan AS,” kata Salih seperti dikutip teleSUR pada Selasa 95/2).

Trump awalnya berencana menggunakan pangkalan militernya di Irak untuk memata-matai Iran. Tentu saja rencana Trump mendapat penolakan dari Irak. Apa yang dinyatakan Trump itu disebut sebagai bentuk penghinaan keduanya kepada pemerintah Irak.

Sebelumnya, pada Desember tahun lalu, Trum terbang ke pangkalan militer Al-Asad untuk mengunjungi prajuritnya tanpa sama sekali berbicara terlebih dahulu dengan pemerintah Irak. Di samping Salih, anggota parlemen Irak juga mengecam tindakan Trump itu sebagai tindakan secara terang-terangan yang melanggar kedaulatan dan kemerdekaan Irak.

Trump pada Sabtu lalu mengatakan, pihaknya ingin menggunakan pangkalan militer Al-Asad untuk memata-matai Iran. Ia akan tetapi menolak keinginannya itu sebagai bagian dari rencana untuk menyerang Iran di masa mendatang. Ia memastikan hanya ingin mengawasi Iran.

Namun, baru-baru ini liputan Wall Street Journal melaporkan tentang adanya dokumen dari Gedung Putih yang menguraikan pilihan untuk menyerang Iran. Keberadaan pasukan AS di Irak juga tidak disukai anggota parlemen negara itu. Mereka bahkan telah melakukan pemungutan suara agar pasukan militer AS diusir dari Irak.

Penentangan keras dari parlemen Irak terhadap pasukan militer AS telah dimulai sejak Januari lalu. Penentangan itu muncul lantaran AS memindahkan sebagian pasukannya dari Suriah ke bagian barat dan utara Irak. [KRG]