Ilustrasi Perang Dunia 3. (Sumber: Vecteezy)
Ilustrasi Perang Dunia 3. (Sumber: Vecteezy)

Perang Dunia merupakan salah satu topik yang banyak diperbincangkan dari tahun ke tahun. Melihat banyaknya konflik yang terjadi di sepanjang tahun 2024, prediksi meletusnya Perang Dunia 3 kembali muncul.

Perang Dunia 3 dapat dipicu oleh konflik tak berkesudahan yang terjadi di beberapa negara di dunia. Konflik antara Israel dan Palestina, terutama meningkatnya aksi militer di Gaza menyusul serangan Hamas terhadap Israel, adalah yang paling menyita perhatian.

Jumlah bom yang Israel jatuhkan di Gaza telah mencapai 70.000 ton sejak 7 Oktober 2023. Angka ini jauh melampaui jumlah gabungan bom yang dijatuhkan Dresden, Hamburg, dan London selama Perang Dunia II. Konflik di Gaza dapat memicu perang yang lebih luas, sebab ada keterlibatan pemain kuat seperti Iran dan sekutu regionalnya.

Dukungan Iran terhadap Hamas dan Hizbullah serta ambisi nuklirnya menempatkan negara tersebut sebagai tokoh sentral dalam konflik ini. Langkah-langkah militer lebih lanjut di masa depan, khususnya yang melibatkan Iran, dikhawatirkan dapat menyebarkan konflik ke seluruh wilayah, memancing lebih banyak negara terlibat, dan meningkatkan situasi ke tingkat kritis.

Perbatasan antara Israel dan Lebanon, tempat Hizbullah beroperasi dengan dukungan besar dari Iran, juga tetap menjadi salah satu wilayah paling bergejolak di dunia. Eskalasi yang signifikan di titik ini dapat berubah menjadi perang skala penuh yang melibatkan banyak negara.

Amerika Serikat memberikan dampak yang paling besar, mengingat statusnya sebagai negara adidaya dan memiliki jangkauan yang luas di dunia. Kemenangan Trump dalam pemilu 2024 akan mempererat hubungan AS-Israel, mendorong aneksasi lebih banyak wilayah di Palestina. Tentunya ini akan semakin memperuncing konflik dan meningkatkan ketegangan global.

Dari segi ekonomi, kemenangan Trump memungkinkan penerapan “America First”, yaitu kebijakan yang mengutamakan Amerika Serikat dalam segala hal, terlebih dalam perekonomian. Langkah proteksionisme melalui penetapan tarif tinggi dan pembatasan impor yang Trump usulkan dalam kebijakan ini akan menyebabkan perusahaan-perusahaan besar di dunia kesulitan mendapatkan bahan baku, sehingga mengakibatkan peningkatan harga produk.

Pemotongan pajak signifikan yang Trump terapkan juga akan menambah utang AS dan meningkatkan nilai dollar. Ini akan memicu inflasi di negara-negara berkembang, lalu menurunkan tingkat investasi dan permintaan global. Banyak negara khawatir ini akan mengancam stabilitas keamanan global.

Kemudian ada perang antara Rusia dan Ukraina yang diprakarsai oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2022. Konflik bersenjata ini masih menimbulkan ancaman signifikan terhadap perdamaian global. Para ahli menyebut Rusia akan terus menegaskan kekuatannya di Eropa Timur dengan menghalangi Ukraina bergabung degan NATO. Sikapnya ini berpotensi menyebabkan eskalasi lebih lanjut dengan pasukan NATO.

Dukungan militer NATO untuk Ukraina tidak akan menyelesaikan masalah karena hanya memperpanjang konflik. Jika NATO menurunkan pasukannya, Rusia akan terprovokasi dan memperluas perangnya hingga ke negara-negara tetangga lainnya, khususnya negara-negara yang memiliki hubungan historis dengan Uni Soviet seperti Polandia.

Lalu sikap China di Laut China Selatan dan niatnya untuk merebut Taiwan turut menghadirkan risiko bagi perdamaian global.

Laut China Selatan merupakan rumah bagi cadangan minyak dan gas yang besar serta memiliki hasil perikanan senilai miliaran dolar. Kekayaan alam di wilayah ini, ditambah dengan persaingan dagang, telah menyebabkan ketegangan yang terus-menerus antara Beijing dan Amerika Serikat serta sejumlah negara Asia Timur dan Tenggara, termasuk sekutu AS, Filipina dan Jepang.

Krista Wiegand, Profesor dari Universitas Tennessee, menyebut bahwa bentrokan antara pasukan China dan pasukan negara lain, termasuk Amerika Serikat, sering terjadi di Laut China Selatan. Jika terjadi salah perhitungan, tidak menutup kemungkinan bentrokan militer di masa mendatang akan berubah menjadi konflik berskala penuh.

“Jika AS terlibat dalam perang apa pun dengan China, kemungkinan besar itu akan terjadi di Taiwan,” kata Wiegand dalam sebuah wawancara, mengutip dari situs FreightWaves. “Namun pada saat yang sama, ada kemungkinan kecelakaan atau semacam krisis terjadi di Laut China Selatan. Misalnya, jika kapal AS bertabrakan dengan kapal angkatan laut China atau ada rudal yang ditembakkan ke kapal perusak atau fregat AS, itu pasti akan menyebabkan semacam krisis yang mungkin meningkat. Tidak ada yang menginginkan perang, tentu saja, termasuk China, tetapi mereka jelas menginginkan Laut Cina Selatan, dan ada kemungkinan perang itu akan terjadi.”

Situasi di sekitar Taiwan juga sangat tidak stabil. Di satu sisi, China ingin mengambil Taiwan, sementara d sisi lain Amerika Serikat terus mendukung otonomi Taiwan. Upaya paksa yang China lakukan dapat menyebabkan konfrontasi militer langsung dengan Amerika Serikat dan sekutunya. Ini akan menuntun pada konflik yang lebih luas di kawasan Asia-Pasifik.

Negara yang Kemungkinan akan Terlibat Perang Dunia 3
Meski tidak ada yang tahu apakah Perang Dunia 3 akan terjadi atau tidak, negara-negara berikut disebut-sebut akan terlibat.

1. Amerika Serikat dan Sekutu-sekutunya
Amerika Serikat sudah pasti akan terlibat, mengingat posisinya yang sangat penting di dunia. Sekutu-sekutunya meliputi negara-negara yang tergabung dalam NATO serta mitra-mitra Asia-Pasifik seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Filipina.

2. China
Meskipun China sejauh ini menghindari keterlibatan militer langsung dalam konflik, pendiriannya yang tegas terhadap Taiwan dan sikapnya di Laut China Selatan dapat memicu konfrontasi besar dengan Amerika Serikat dan sekutunya.

3. Rusia dan Sekutu-sekutu Potensialnya
Peran Rusia dalam konflik militer di Ukraina dan sikapnya yang bermusuhan dengan Barat dapat meningkatkan konflik. Iran sebagai pendukung Rusia dapat mengancam stabilitas di Asia dan Timur Tengah melalui hubungan timbal balik dalam hal pengiriman senjata. China pun digadang-gadang akan berpihak kepada Rusia, mengingat posisinya saat ini sebagai mitra dagang utama Rusia.

4. Korea Utara
Korea Utara adalah pendukung Rusia lainnya. Negara tersebut telah mengirimkan bantuan berupa senjata, amunisi, dan pasukan untuk Operasi Militer Khusus Rusia di Ukraina. Selain itu, Korea Utara memiliki senjata nuklir dan aktif melakukan uji coba. Perilaku Korea Utara yang tidak dapat diprediksi dapat mengganggu stabilitas kawasan, terutama jika negara itu berpihak pada China. (BP)

Apa Sikap Indonesia?
Karena terletak di kawasan Indo-Pasifik, Indonesia rentan terhadap ancaman ekonomi, politik, dan keamanan. Sebagai negara terbesar di kawasan ini, Indonesia harus siap menghadapi tantangan yang dapat diakibatkan oleh eskalasi konflik menuju Perang Dunia 3.

Agar terhindar dari Perang Dunia 3, Indonesia harus tetap berpegang pada kebijakan luar negeri bebas aktif dan prinsip non-blok yang telah ada sejak zaman Soekarno. Indonesia juga harus terus berupaya menciptakan perdamaian global dengan mengadakan diplomasi melalui ASEAN, PBB, dan forum-forum internasional lainnya.

Terkait keamanan negara, Indonesia perlu melakukan sejumlah langkah, seperti modernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista), menjalin kerjasama militer dengan negara sahabat, meningkatkan keterampilan pasukan, dan membangun pertahanan siber yang terintegrasi.

Semua langkah ini penting untuk mempertahankan keamanan dan kedaulatan Indonesia, terutama jika ada serangan dari negara yang terlibat dalam Perang Dunia 3 baik sengaja maupun tidak sengaja. [BP]