OPINI-Ulang tahun merupakan hari yang ditunggu-tunggu dan dianggap sebagai hari yang membahagiakan bagi semua orang karena hari ulang tahun adalah hari di mana kita bertambah usia. Namun, di hari ulang tahun, ada hal yang sudah menjadi tradisi sejak dulu: tradisi mengerjai teman.
Praktik ini sering melibatkan melemparkan telur, tepung, bahkan air got ke seseorang yang sedang berulang tahun, dan yang paling sering dilakukan adalah melakukan prank. Hal-hal tersebut sering dianggap sebagai lelucon yang tidak berbahaya, lelucon yang dianggap lucu tanpa memikirkan dampak negatifnya.
Dua kasus tragis ini menunjukkan betapa fatalnya akibat dari tradisi tersebut. Pada tahun 2010, Maizatul Farhanah, seorang siswi kelas VII.6 SMPN 3 Batam, meninggal dunia setelah mengalami depresi berat akibat prank ulang tahun yang dirancang teman-teman sekelas dan wali kelasnya.
Mereka menyusun skenario seolah-olah Maizatul mencuri, yang menyebabkan gadis tersebut jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Tragedi ini menggambarkan betapa tekanan psikologis dari prank bisa sangat mematikan, dan pihak yang terlibat tidak bisa melakukan apa-apa selain menyesal.
Belum lama ini, kasus serupa menimpa FN, Ketua OSIS SMAN 1 Cawas, Klaten, yang meninggal akibat tersetrum listrik setelah diceburkan ke kolam sekolah oleh teman-temannya saat ulang tahun.
Polisi menemukan adanya kabel listrik dan dua pompa air di TKP yang menjadi penyebab fatal insiden tersebut. Kedua kasus ini menegaskan perlunya kesadaran dan tanggung jawab dalam menjalankan tradisi ulang tahun, serta pentingnya menghentikan praktik-praktik berbahaya yang bisa berujung pada kematian.
Alih-alih menciptakan momen kebahagiaan, tradisi mengerjai teman bisa berakhir dengan tragedi yang mendalam dan tidak bisa diperbaiki. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk belajar dan berkembang.
Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya kesadaran akan keselamatan di lingkungan sekolah. Tradisi mengerjai teman saat ulang tahun harus dihentikan sebelum ada kasus-kasus lain yang terjadi.
Kita bisa membahagiakan teman yang sedang ulang tahun tanpa harus mengerjainya, mungkin dengan mengadakan pesta kecil-kecilan atau sekedar membeli kue dan mengucapkan selamat ulang tahun. Itu sudah lebih dari cukup tanpa menyiksanya dengan tradisi yang merugikan seperti prank dan semacamnya.
Kesehatan fisik dan mental merupakan hal yang penting dan tidak bisa dijadikan lelucon. Selain itu, sekolah tidak hanya bertugas memberikan pendidikan akademik, tetapi juga pendidikan karakter.
Kasus ini menunjukkan perlunya penekanan yang lebih besar pada pengajaran nilai-nilai kemanusiaan, empati, dan tanggung jawab sosial. Program-program seperti bimbingan konseling, pelatihan kepemimpinan, dan kegiatan ekstrakurikuler yang positif dapat membantu membentuk karakter siswa agar lebih peka terhadap keselamatan dan kesejahteraan orang lain.
Hal ini sebagai langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Penegakan disiplin yang tegas di sekolah juga perlu ditingkatkan untuk mencegah tindakan-tindakan berbahaya di kalangan siswa. [UN]