Pembangunan Jalan Tol Layang Cikampek II.

Koran Sulindo – Koridor timur Jakarta yang meliputi Bekasi, Cikarang, hingga Karawang telah berkembang menjadi kawasan industri dengan basis perekonomian yang sangat kuat. Untuk menunjang pertumbuhan kawasan industri tersebut, di koridor ini sekarang tengah dikembangkan banyak proyek infrastruktur secara simultan. Pada gilirannya, ini akan mendorong perkembangan kawasan untuk jangka waktu yang sangat panjang.

Pemerintah pun telah menganggarkan dana yang sangat besar untuk pengembangan proyek infrastruktur di koridor timur Jakarta. Beberapa proyek yang saat ini tengah dikerjakan adalah Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (layang/elevated) sepanjang 64 kilometer. Nantinya akan ada tiga interchange yang menyambungkan jalan tol ini dengan kawasan industri yang telah eksisting, selain akan tersambung juga dengan Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang).

Kemudian ada jalur Jalan Tol Cikampek yang akan terhubung dengan jalan tol lingkar luar (JORR 2). Selain itu masih ada rencana proyek transportasi kereta cepat Jakarta-Bandung, kereta semi-cepat Jakarta-Surabaya, kereta ringan light rail transit (LRT), mass rapid transportation (MRT), proyek bandar udara, pelabuhan, dan sebagainya.

Menurut Presiden Direktur PT Sirius Surya Sentosa (SSS) Reggy Widjaja, banyaknya pengembangan proyek infrastruktur ini membuat jaminan terkait pertumbuhan perekonomian dan kawasan di koridor timur Jakarta ini. Terlebih lagi kawasan Bekasi-Cikarang-Karawang telah established sebagai kawasan industri sehingga pasarnya juga cukup kuat. Perusahaan Reggy sendiri merupakan pengembang proyek mixed use Vasanta Inopark (100 hektare ) di kawasan industri MM2100, Cikarang Barat, Bekasi.

“Berbagai potensi ini akan membuat kawasan ini masih akan berkembang pesat hingga sepuluh tahun ke depan. Investasi pemerintah untuk proyek infrastruktur di koridor timur ini mencapai ratusan triliun dan itu dilakukan karena perkembangan kawasannya memang membutuhkan berbagai proyek tersebut. Hingga akhir tahun ini akan ada beberapa proyek yang beroperasi dan itu akan terus berkesinambungan dengan proyek-proyek lainnya,” kata Reggy.

Berbagai pengembangan proyek infrastruktur ini juga, tambahnya, telah mendorong penjualan unit Apartemen Vasanta Inopark. Pemasaran tower pertama yang telah mulai dibangun sudah terpasarkan mencapai lebih dari 700 unit dari 800 unit yang dipasarkan.

Ini juga mendorong kenaikan harga seiring penjualan unit yang moncer. “Jadi memang sudah terbukti, kawasan industri itu menjadi penopang dan pendorong pertumbuhan kawasan. Serpong dan Kelapa Gading itu juga awalnya industri yang bikin tumbuh. Makanya, potensi di Cikarang ini sangat luar biasa karena 40 persen ekspor nasional itu dari sini. Ada penopang pertumbuhan yang memang riil, yang membuat kawasan ini akan terus berkembang,” tutur Reggy lagi.

Basis industri membuat kawasan ini dapat menampung jutaan tenaga kerja. Dengan demikian sangat berpotensi untuk berkembang menjadi kota baru dari pengembangan kota-kota baru yang telah ada. Sebut saja Kota Jababeka (5.600 hekltare), Lippo Cikarang (3.000 hekltare), Kota Deltamas (3.000 hekltare), dan MM2100 (2.700 hekltare). Pada akhirnya, ini membuat prospek pengembangan proyek properti menjadi lebih menarik karena memiliki basis konsumen besar dengan daya beli yang cukup kuat.

Belum lagi bicara kalangan pekerja  asing (ekspatriat) di berbagai industri tersebut, yang membutuhkan segmen properti premium. Artinya, potensi sewa untuk hunian bagi kalangan ini membutuhkan produk khusus dengan harga sewa yang lebih tinggi. Karena itu, berbagai pengembangan produk residensial dan komersial terus berkembang.

Kota Jababeka misalnya, secara resmi meluncurkan Jababeka Residence (500 hekltare) pada Oktober 2017 lalu. Jababeka Residence dikembangkan untuk menunjang kebutuhan penghuni yang terus membesar, dengan mengembangkan hunian beserta fasilitasnya, seperti fasilitas ritel, pendidikan, dan lapangan golf.

Menurut pendiri dan Chief Executive Officer Jababeka Setyono Djuandi Darmono, sejak kawasan ini dikembangkan tahun 1989 lalu, visi besarnya memang untuk membuat kawasan hunian seperti di Singapura, yang nyaman dan teratur, dengan basis indusri. “Jababeka Residence merupakan transformasi Jababeka  untuk menjadi kota mandiri yang setara dengan kota-kota dunia. Begitu banyak yang harus dikelola untuk mewujudkan visi tersebut dan perkembangan ini membuat kami terus bergerak menjadi  international city dan itu harus didukung dengan infrastruktur yang baik,” ujar Djuandi.

Kawasan-kawasan industri ini juga telah mulai fokus pada pengembangan pusat bisnis dan komersial atau central business district (CBD). Dari awalnya kawasan industri ini hanya mengembangkan perumahan biasa untuk menampung kebanyakan pekerjanya, saat ini telah banyak properti-properti premium untuk memfasilitasi gaya hidup pekerja tingkat manajer ke atas dan para ekspatriat.

Ini juga yang mendorong Lippo Group mengembangkan proyek Meikarta (500 hektare), yang mencakup beragam segmen. Menurut CEO Lippo Group James T. Riady, pengembangan proyek Meikarta tidak terlepas dari perkembangan koridor Jakarta-Cikarang-Karawang-Bandung, yang telah menjadi jantung perekonomian nasional dengan 50%-60% manufaktur nasional berada di kawasan ini.

“Kawasan ini telah menjadi rumah industri yang menghasilkan produk modern yang kita pakai selama ini, baik gadget, otomotif, hingga produk consumer. Ada begitu banyak yang harus di-back up untuk menunjang keberlangsungan kawasann ini, baik fasilitas residensial, bisnis, komersial, transportasi, pendidikan, maupun kesehatan. Pasarnya sangat besar dan masih akan terus berkembang dengan luar biasa,” katanya. [HAN]