Brigadir Jenderal Rikwanto

Koran Sulindo – Media sosial belakangan ini dihebohkan dengan beredarnya foto anggota Kepolisian Daerah Lampung, yang memamerkan lima mayat pelaku begal. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Rikwanto, apa yang dilakukan anggota kepolisian tersebut tidak patut dilakukan lantaran dapat menimbulkan citra negatif.

Rikwanto pun mengatakan, dirinya atas nama Polri meminta maaf kepada masyarakat, khususnya warga Lampung. “Walaupun sebuah keberhasilan, kalau foto itu ditampilkan, ya, tidak patut juga. Karena, bisa menimbulkan berbagai macam penilaian dari masyarakat, baik negatif maupun positif,” kata Rikwanto di Mabes Polri, Rabu (5/4).

Saat ini, tambahnya, tim Propam Polda Lampung sedang melakukan pemeriksaan terhadap para anggota polisi yang berada di foto tersebut, untuk mengetahui bagaimana foto yang berawal disebar ke grup WhatsApp anggota bisa sampai ke media sosial di Internet. “Kami sedang selidiki, menyebarkannya bagaimana, untuk apa. Itu kan awalnya menyebarkannya di internal, di grup WhatsApp. Tapi, kenapa bisa ke luar? Itu yang sedang kami dalami,” ujarnya.

Jenderal bintang satu itu menuturkan, di Lampung memang banyak aksi pembegalan. Karena itu, Polda Lampung lalu membentuk tim bernama Tekad 308. “Ada dua sepeda motor, satu sepeda motor isi dua orang, lalu satunya lagi isi tiga orang. Karena, kalau dua orang atau tiga orang itu bisa beraksi bisa dapat tiga sepeda motor. Ketika itu dilakukan pengepungan dan ternyata tidak mulus, bahkan terjadi penembakan dan akhirnya terjadi baku tembak dan terjadi penyerangan terhadap petugas,” kata Rikwanto.

Ketika terjadi perlawanan, untuk menghindari adanya korban dari petugas, pelaku pun dilumpuhkan. “Dia tertembak, waktu dibawa ke RS Polri Lampung, di perjalanan meninggal dunia. UGD rumah sakit juga mengecek, ternyata sudah meninggal, sehingga dibawa ke kamar jenazah,” tutur Rikwanto lagi.

Nah, di depan kamar jenazah, menurut Rikwanto, ada taman. Kebetulan kamar jenazah belum buka, sehingga jenazah ditaruh di taman. “Jenazah di mobil dan ada darah menetes. Menghindari di mobil bertumpuk [darah], dibawalah ke kamar jenazah. Namun, kamar jenazah belum dibuka, jadi ditaruh dulu di taman, di rerumputan di situ, jadi memang dijejer. Itu bukan untuk foto-foto sebenarnya,” paparnya.

Ditegaskan Rikwanto, berfoto bersama mayat pelaku begal itu  terjadi secara spontan, tanpa ada yang melakukan koordinasi. “Akhirnya terjadilan sebuah foto disebarkan ke internal,” kata Rikwanto. [YMA]