Koran Sulindo – Polres Malang Kota menginisiasi pembentukan Paguyuban Rektor untuk mengantisipasi bibit-bibit terorisme terhadap mahasiwa baru (maba) di tahun ajaran 2018.
“Kami temui rektor dan membentuk paguyuban rektor, dimana nanti ketika sudah terbentuk kita ambil langkah untuk mencari solusi atau cara tindakan efektif untuk antisipasi radikalisme di kampus,” kata Kapolres Malang Kota, AKBP Asfuri, di Mapolres Malang Kota, Selasa (24/7/2018).
Menurut Asfuri, dari 56 kampus yang ada di Kota Malang, sudah ada bibit-bibit radikalisme di beberapa kampus saat ini. Selain dari hasil informasi intelijen, juga monitoring di media sosial.
“Beberapa kali di monitor di medsos maupun hasil penyelidikan intelijen, ada kelompok di kampus yang mencoba menanam paham radikal,” katanya.
Kelompok radikal ini menyasar para mahasiswa baru yang akan masuk pada Agustus dan September mendatang. Biasanya mereka melakukan perekrutan dengan cara memberikan tempat kos gratis.
“Di situlah dilakukan brainwash (cuci otak) atau paham radikalisme,” kata perwira melati dua lulusan Akpol tahun 2000 itu.
Polisi mengimbau para maba melaporkan kepada mahasiswa senior yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Sementara itu, di tempat yang sama, Ketua Senat Universitas Merdeka Malang, Profesor Kasuwi Saiban, membenarkan adanya kampus yang sudah disusupi paham radikal.
“Kami bergerak memberikan suatu paham yang Islam itu rahmatan lil alamin. Dengan cara seperti itu, mereka otomatis tersingkir,” kata Kasuwi.
Wakil Rais Syuriyah PCNU Kota Malang itu menjelaskan Islam rahmatan lil alamin itu mengedepankan toleransi antaran ibadah ritual dengan ibadah sosial.
“Islam itu agama toleran. Nabi saja bisa hidup bersama orang Yahudi dan Nasrani di Madinah. Kenapa kita harus bermusuhan,” kata Kasuwi. [YMA]