Ilustrasi

Koran Sulindo – Anggota Satuan Reskrim Polres Karawang Aiptu TG ditemukan tewas dengan luka tembak di Mapolres Karawang, Kamis (22/3). TG ditemukan tewas di dalam mobil sekitar pukul 07.00 WIB. Diduga korban bunuh diri menggunakan senjata api miliknya dengan menembak ke kepalanya.

“Benar infonya. Motifnya masih dalam penyelidikan,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Setyo Wasisto, di Jakarta, Kamis (22/3/2018).

Sementara Kapolda Jawa Barat Irjen Agung Budi Maryoto mengatakan informasi dari Kapolres Karawang, AKBP Hendy F Kurniawan, korban sakit.

Ketika ditanya apakah lantaran sakit, TG harus mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri?, Agung mengatakan harus menggali keterangan dari istri korban.

“Masih memeriksa istrinya, jadi masih didalami,” kata mantan Kepala Korps Lalu-lintas Polri itu.

Setiap tahun kasus bunuh diri terus terjadi. Menurut data Indonesian Police Watch (IPW), terjadi penurunan dari tahun 2016 yakni 13 kasus menjadi 7 kasus pada 2017 kemarin.

“Namun kasus polisi bunuh diri tahun 2017 ini hampir sama dengan tahun 2015 dimana terjadi lima kasus polisi bunuh diri dan dua kasus percobaan bunuh diri,” kata Ketua Presidium IPW, Neta S Pane.

Dari kasus polisi bunuh diri pada 2017, terdapat dua fenomena yang terjadi. Pertama, sebagian besar polisi yang bunuh diri melakukan aksinya dengan cara menembak kepalanya sendiri dan hanya satu yang gantung diri.

“Ini mengindikasikan betapa beratnya beban dan tekanan yang mereka hadapi. Sehingga mereka tak bisa lagi berpikir realistis dan cenderung mengambil jalan pintas, dengan cara menembak kepalanya sendiri. Kasus ini sekaligus menunjukkan tingkat kesadisan yang luar biasa, yang mampu mereka lakukan terhadap dirinya sendiri,” ungkapnya.

Penyebab para polisi itu bunuh diri sebagian besar akibat masalah keluarga, ada empat kasus. Kemudian konflik dengan rekan kerja.

“Melihat latarbelakang ini IPW khawatir di tahun 2018 kasus polisi bunuh diri akan meningkat, jika tidak diantisipasi. Sebab di tahun 2018 beban kerja anggota Polri cukup berat, terutama dalam menjaga keamanan Pilkada Serentak di berbagai daerah,” kata Neta.

Di sisi lain menurut Neta, ada persoalan akut yang melilit anggota Polri, terutama di jajaran bawah. Yaitu, persoalan rumah tangga akibat terbatasnya penghasilan sebagai polisi. Ini kerap menjadi tekanan tersendiri bagi anggota Polri dalam menjalankan tugas profesionalnya. Dan ini pula yang kerap menjadi penyebab utama kasus polisi bunuh diri dari tahun ke tahun.

“Persoalan lain adalah gaya hidup hedonis yang kerap menimbulkan konflik antar teman. Selain itu tekanan atasan yang kerap memberikan target untuk pencapaian prestasi atasan itu sendiri. Bagaimana pun masalah akut ini perlu diatasi. Para atasan perlu lebih peduli lagi untuk mencermati bawahannya agar kasus polisi bunuh diri bisa diatasi,” kata Neta. [YMA]