Selama Perang Dunia 2, tepatnya pada tanggal 20 Juli 1944, sebuah plot untuk membunuh Adolf Hitler yang digagas oleh sejumlah pejabat militer senior Jerman gagal.
Upaya pembunuhan itu berlangsung di Sarang Serigala (Wolfsschanze), sebuah pos komando dekat Rastenburg, Prusia Timur—sekarang Polandia.
Sebuah bom yang ditanam di sebuah tas kerja meledak, tetapi tidak membunuh sang pemimpin Nazi.
Berikut ini adalah kronologi dari peristiwa yang dikenal sebagai Plot 20 Juli tersebut.
Para Pelaku
Menurut Holocaust Encyclopedia, para konspirator utama dalam plot 20 Juli dapat dibagi antara warga sipil dan perwira militer aktif (kebanyakan tentara).
Hampir semua konspirator memiliki perspektif nasionalis konservatif dan latar belakang aristokrat.
Para konspirator yang berlatarbelakang sipil sebagian besar adalah individu yang telah mengundurkan diri dari rezim Nazi pada tahun 1930-an.
Carl Friedrich Goerdeler, misalnya, pernah menjabat sebagai wali kota Leipzig dari tahun 1930 hingga 1937, tetapi mengundurkan diri karena menentang kebijakan Nazi.
Ludwig Beck, warga sipil penting lainnya, adalah mantan jenderal yang mengundurkan diri karena menentang rencana perang agresif Hitler pada tahun 1938.
Para konspirator militer terpenting adalah Jenderal Friedrich Olbricht, Mayor Jenderal Henning von Tresckow, dan Kolonel Claus von Stauffenberg, bersama dengan Claus-Heinrich Stülpnagel, komandan militer Jerman di Prancis.
Latar Belakang
Setelah upaya pengeboman yang gagal untuk membunuh Hitler di pesawatnya, para konspirator berfokus pada rencana kontingensi yang sudah ada dengan nama sandi Operasi Valkyrie.
Operasi ini awalnya dirancang untuk memerangi potensi kerusuhan sipil di Jerman secara militer.
Para konspirator memodifikasi rencana tersebut untuk tujuan mereka sendiri, yaitu menguasai kota-kota di Jerman, melucuti SS, dan menangkap para pemimpin kunci Nazi setelah plot.
Sebagai bagian dari rencana tersebut, Kolonel Stauffenberg akan pergi ke markas Hitler di Prusia Timur (Sarang Serigala), di mana dia akan meletakkan sebuah tas kerja berisi dua bom di bawah meja pengarahan Hitler.
Setelah Hitler tewas dalam ledakan itu, militer akan mengklaim pembunuhan itu merupakan bagian dari upaya kudeta oleh Partai Nazi dan kemudian akan melaksanakan Operasi Valkyrie.
Tentara Cadangan akan merebut instalasi-instalasi penting di Berlin dan menangkap para pejabat tinggi Nazi, termasuk Goebbels, sambil melucuti unit-unit SS yang setia.
Sementara itu, setelah menerima perintah Valkyrie, Stülpnagel akan mengkonsolidasikan kekuatan militer di Prancis juga.
Di tengah kekacauan kematian Hitler, Göring, Himmler, dan para pemimpin besar Nazi lainnya akan ditangkap, dan sebuah pemerintahan baru dibentuk dengan Goerdeler sebagai Kanselir dan Beck sebagai presiden.
Pemerintah ini kemudian akan diposisikan untuk merundingkan gencatan senjata guna mengakhiri perang, dengan persyaratan yang lebih menguntungkan bagi Jerman.
Kegagalan Plot
Sebuah rapat diadakan pada tanggal 20 Juli di ruang konferensi Sarang Serigala. Hitler dan lebih dari 20 perwira dan staf Jerman hadir.
Stauffenberg meletakkan salah satu dari dua bom dalam sebuah tas kerja di bawah meja yang dipakai Hitler.
Dia tidak dapat mengaktifkan bom kedua tepat waktu.
Dia lalu berkata dia harus menelepon dan meninggalkan ruangan.
Perwira lain kemudian memindahkan tas kerja itu, menjauh dari Hitler. Bom meledak pukul 12.42 siang.
Satu orang tewas seketika akibat ledakan dahsyat itu dan tiga lainnya luka parah; sementara Hitler hanya menderita luka ringan.
Namun, hal ini tidak langsung diketahui oleh para konspirator.
Setelah bom meledak, Stauffenberg, yang yakin Hitler telah tewas, terbang ke Berlin untuk memulai Operasi Valkyrie.
Seorang sekutu di markas Hitler ternyata telah memutus semua komunikasi saat Stauffenberg pergi ke Berlin.
Tentara Cadangan mulai bertindak, tetapi rencana terhenti karena adanya penundaan, kebingungan, dan komunikasi yang buruk.
Akhirnya, fakta bahwa Hitler selamat tersiar, dan rencana itu pun terbongkar dengan cepat.
Jenderal Friedrich Fromm, komandan pasukan cadangan dan seseorang yang membenarkan Plot 20 Juli, berbalik melawan para konspirator untuk menutupi hubungannya dengan mereka.
Akibat
Beberapa komplotan dieksekusi pada hari yang sama.
Jenderal Olricht, Kolonel von Stauffenberg, dan dua konspirator lainnya ditangkap di Bendlerblock, lokasi beberapa kantor Komando Tertinggi Angkatan Darat Jerman, diadili oleh pengadilan militer dadakan, dan dieksekusi oleh regu tembak di halaman.
Komplotan besar lainnya, Jenderal Ludwig von Beck, diizinkan bunuh diri.
Dia dibunuh melalui sebuah kudeta setelah dia hanya berhasil melukai dirinya sendiri.
Tresckow bunuh diri setelah mengetahui Plot 20 Juli telah gagal.
Pada hari-hari berikutnya, Hitler memerintahkan perburuan besar-besaran terhadap para konspirator. Ini berlangsung selama berbulan-bulan.
Banyak konspirator diadili di Pengadilan Rakyat yang terkenal kejam untuk persidangan sandiwara, tetapi praktik ini dihentikan karena memberi para konspirator platform untuk mengutuk rezim Nazi.
Pada akhirnya, lebih dari 7.000 orang ditangkap, dan 4.980 dieksekusi, seringkali hanya dengan bukti yang sangat minim.
Rommel Terlibat?
Nama Marsekal Lapangan Erwin Rommel muncul dalam interogasi.
Dia memiliki beberapa koneksi dengan para konspirator Plot 20 Juli, tetapi tidak terlibat dalam perencanaan yang terperinci.
Malah tampaknya Rommel, setidaknya, menentang pembunuhan Hitler, meskipun dia mendukung penggulingannya dari kekuasaan.
Berdasarkan bukti, Rommel bersimpati, tetapi tidak terlibat langsung maupun bersedia mengambil tindakan tegas untuk mendukung konspirasi tersebut.
Ketika dihadapkan dengan dua jenderal di rumahnya pada tanggal 14 Oktober 1944, Rommel memilih bunuh diri daripada menghadapi tuntutan.
Rezim Nazi sendiri berusaha menghindari rasa malu karena harus mengadili salah satu jenderal kesayangannya di depan umum.
Maka, mereka berbohong kepada publik tentang kematian Rommel.
Pers Nazi memberi tahu publik Jerman bahwa Rommel meninggal akibat komplikasi dari luka-luka yang dideritanya di Prancis ketika pesawat pengebom Inggris menembaki mobil stafnya sesaat sebelum rencana yang gagal.
Marsekal Lapangan Erwin Rommel diberi pemakaman kenegaraan, dan Hitler menetapkan hari berkabung resmi untuk mengenangnya. [BP]




