Sulindomedia – Per tahunnya, hampir 10 miliar lembar kantong plastik yang digunakan  masyarakat Indonesia. Dari jumlah itu, 95 persennya menjadi sampah.

Greenpeace Indonesia juga melansir penyebaran sampah plastik di laut yang dapat mencapai 8 miliar per tahunnya, dan Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik nomor dua di dunia setelah Cina.

Sampah-sampah plastik inilah yang menimbulkan persoalan serius terhadap lingkungan, mengingat sampah kantong plastik itu untuk bisa terurai membutuhkan waktu antara 50-100 tahun. Di sisi lain, masih banyak masyarakat yang memerlukan kantong plastik untuk membawa belanjaan.

Fajar Bayu Prakoso, Andika Cahya Widyananda, Annisa Fakhriyah Rofi, Dyah Ayu Permatasari Tedjo Pradipto, dan Adiyat yang merupakan mahasiswa Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) mencari sebuah solusi.

“Kami mencoba membuat plastik yang bersifat mudah terurai dengan memanfaatkan biji durian sebagai bahan pembuat plastik,” tutur Fajar Bayu.

Menurut Fajar, ada dua manfaat yang didapat dari biji durian. Selain memanfaatkan limbah biji durian yang banyak dibuang begitu saja, juga dipakai sebagai bahan pembuat plastik yang mudah terurai. “Dengan memanfaatkan limbah biji durian ini dapat menekan biaya produksi pembuatan bioplastik ini,” jelasnya.

Biji durian dipilih sebagai bahan untuk pembuatan plastik, menurut Fajar,  karena memiliki kandungan pati yang cukup tinggi. Di sini pati berfungsi sebagai pengisi (filler) pada campuran agar kerapatan bioplastik menjadi tinggi sehingga meningkatkan kuat tarik plastik.

“Kandungan pati biji durian termasuk tinggi dengan kadar hampir 50 persen dari beratnya. Lebih tinggi dari kandungan pati dalam singkong yang berkisar 20 persen,” tuturnya.

Langkah pertama dalam pembuatan bioplastik biji durian adalah  mengolah biji durian kedalam bentuk tepung. Awalnya, biji durian direndam dalam air kapur selama 2-3 hari untuk menghilangkan getah dalam biji durian dan di jemur selama 1 hari. Setelah  kering,  biji durian yang keras dipisahkan dari pati yang berwarna putih kecoklatan di bagian dalammnya dan mengolahnya menjadi tepung menggunakan alat penepung (grinder).

“Tepung tersebut lalu kami saring dan di oven selama sekitar 30 menit untuk menghilangkan kadar airnya,” jelasnya.

Berikutnya, tepung yang dihasilkan dicampurkan dengan sejumlah bahan kimia tambahan, antara lain low density polyethylene (LDPE), kemudian maleic anhydride (MA), lalu inisiator (perbutyl D dan perbutyl Z). Pati biji durian divariasikan dengan masing-masing bahan tersebut dalam berbagai variasi.

“Kami membuat 30 sampel untuk dicampurkan dan dicetak dengan menggunakan alat laboplastomill dan hot press di LIPI Bandung,” ungkapnya.

Sampel bioplastik ini lantas diuji kuat tarik dan elongasi, uji biodegradasi yaitu ditanam dalam tanah, uji difusivitas dalam air, uji Fourier Transform InfraRed (FTIR), dan uji Differential Scanning Calorimetry (DSC). Sampel yang diuji dengan berat 50 gram, yang terdiri atas LDPE, pati biji durian, MAH, dan inisiator. Dari 50 gram sampel tersebut dapat diproduksi lembaran bioplastik sebanyak 3-4 lembar dengan ukuran tiap lembar 13×13 cm.

“Kualitas produk bagus, permukaannya rata dan tidak ada yang gosong. Akan tetapi ketebalannya masih kurang kecil masih kisaran 0,5-1 mm,”ungkapnya.

Ditambahkan Annisa, bioplastik biji durian ini telah pula melalui uji biodegradasi yakni dengan menanamnya di media tanah kompos selama 2 bulan. Hasilnya menunjukkan bahwa sampel dapat terdegradasi dengan ditandai penambahan berat pada sampel. Penambahan berat ini menunjukkan bahwa air sudah masuk ke dalam sampel dan serining berjalannya waktu air tersebut akan mendegradasi kandungan pati di dalam bioplastik.

“Dari hasil penelitian tersebut terdapat indikasi dapat terurai dan kekuatan tarik pasltik sudah masuk rentang standar plastik pada umumnya. Di samping itu, plastik ini juga tahan terhadap suhu yang panas,” ungkapnya.

Ke depan, menurut Annisa, masih diperlukan penelitian lanjutan  dan harapannya nantinya bisa diproduksi massal sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas dalam upaya menangani masalah sampah plastik. [YUK]