Jakarta – Gerakan Nurani Bangsa menyampaikan pesan kemerdekaan untuk menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 80.
Gerakan ini sendiri digawangi para tokoh Indonesia diantaranya Ibu Nyai Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, M. Quraish Shihab, KH. Ahmad Mustofa Bisri, Ignatius Kardinal Suharyo, Omi Komariah Nurcholish Madjid, Franz Magnis Suseno SJ, Muhammad Amin Abdullah, Bhikkhu Pannyavaro Mahathera, Alissa Q Wahid, Lukman Hakim Saifuddin, Karlina Rohima Supelli, Pdt Jacky Manuputty, Pdt Gomar Gultom, A Setyo Wibowo SJ, Erry Riyana Hardjapamekas, Eri Seda, Laode Moh Syarif, Makarim Wibisono, Komaruddin Hidayat, Slamet Rahardjo.
Para tokoh ini menyoroti keadaan Indonesia dalam berbagai bidang seperti politik, hukum, ekonomi, kesejahteraan, kesetaraan warga negara, hak asasi manusia serta tanah sosial kemasyarakatan.
Dalam kesempatannya, Prof Quraish Shihab mengatakan pesan kemerdekaan ini lahir atas dasar cinta terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Beliau mengibaratkan pesan ini seperti orang tua yang karena kecintaan terhadap anaknya, ketika anaknya melakukan kesalahan maka orang tua tersebut memberikan tindakan sebagai pesan agar anak tersebut tidak mengulangi perbuatannya.
”Mereka (orang tua) memukul anaknya itu karena cinta. Demikianlah juga kami-kami ini ketika melakukan sesuatu dan mengingatkan itu sebenarnya seperti yang dikatakan oleh Pak Lukman, lahir dari nurani kami yang terdalam yang memang sangat mencintai bangsa dan negara,” kata Quraish Shihab di gedung Galeri Indonesia, Jakarta, Kamis (14/8).
Prof. Quraish Shihab juga menegaskan, perubahan yang diharapkan dari pesan kemerdekaan ini adalah perubahan nilai negatif menjadi nilai positif yang
”Kita ingin perubahan positif, kita tidak inginkan perubahan negatif, dan hemat saya perubahan yang dimaksud itu adalah perubahan nilai-nilai yang negatif menjadi perubahan nilai yang positif,” Ucapnya.
Menurut Prof Quraish yang juga merupakan ayah dari Najwa Shihab, Pemimpin Indonesia memang sudah beberapa kali berganti namun Prof Quraish menilai jika pemimpin tersebut tidak memiliki tekad dan kemampuan maka akan sulit menuju perubahan yang positif.
”Kita telah 80 tahun merdeka, silih berganti manusia dan pimpinan. Boleh jadi kita menilai bahwa yang dulu-dulu atau yang dekat sekarang ini, masih sama dengan yang lalu walaupun orangnya sudah berbeda. karena memang perubahan lahir dari perubahan dalam pikiran dan jiwa kita,” tuturnya.
”Perubahan dari negatif ke positif disertai dengan tekad dan kemampuan. Tanpa kemampuan walaupun nilai ada tidak akan terjadi perubahan dan tanpa k
emampuan tidak akan terwujud sesuatu yang positif selama kita tidak memiliki nilai-nilai yang benar,” Sambungnya. [IQT]
Pesan Kemerdekaan 80 Tahun Indonesia: Perubahan Nilai Negatif menjadi Positif

