Ilustrasi soal Bitcoin, mata uang kripto/Twitter

Koran Sulindo – Tesla Inc, perusahaan milik orang terkaya dunia ke-7 versi Forbes, Elon Musk, pada Senin (8/2) mengumumkan telah membeli Bitcoin senilai US$1,5 miliar atau sekitar Rp21 triliun. Pengumuman yang disampaikan di Securities and Exchange Commission itu disambut euforia di seluruh dunia. Harga Bitcoin pada hari itu naik hingga 23,4% ke level tertinggi baru di US$ 46.203,93 atau sekitar Rp 646.8 juta.

Tesla menjadi perusahaan otomotif pertama yang membeli Bitcoin. Tidak hanya membeli sebagai aset, perusahaan mobil listrik tersebut juga akan menerima transaksi berbentuk Bitcoin. Tesla beralasan langkah ini diambil agar lebih fleksibel dalam pengelolaan aset dan bentuk transaksi.

CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan, Tesla menambah deretan perusahaan korporasi yang membeli Bitcoin senilai jutaan dolar atau triliunan rupiah. Sebelumnya, sederet perusahaan seperti Microstrategy Inc, Square, Tudor Investment Corp, JP Morgan, Citibank dan Paypal yang menyediakan pembayaran dengan Bitcoin.

“Tesla membeli Bitcoin senilai Rp21 triliun. Tentunya, permintaan sebanyak ini langsung berdampak kepada kenaikan harga. Karena salah satu faktor yang meningkatkan harga Bitcoin adalah permintaan atau demand,” kata Oscar Darmawan pada awal Februari lalu.

Elon Musk memang termasuk orang kaya dunia yang tidak anti-Bitcoin. Di twitter-nya tak jarang ia mengunggah cuitan soal kripto. Ia bahkan pernah mendorong aksi pembelian Bitcoin dengan membuat hastag Bitcoin di profil twitternya.

Oscar Darmawan mengatakan, semenjak Desember 2020, Bitcoin terus mencetak rekor kenaikan harga tertinggi. “Saat harga Bitcoin sudah tinggi, kepercayaan orang-orang untuk membeli Bitcoin bertambah,” kata Oscar.

Menurut Oscar Darmawan, tidak menutup kemungkinan, akan ada lagi korporasi atau konglomerat yang akan membeli Bitcoin dalam waktu dekat. Karena Bitcoin sudah terbukti menjadi nilai lindung inflasi yang baik dan menjadi aset safe haven.

“Jika pembelian atau permintaan masif terus terjadi, maka kemungkinan besar harga Bitcoin akan terus meningkat. Seperti apa yang diprediksi JP Morgan sebelumnya, Bitcoin bisa mencapai Rp 2 miliar pada tahun ini atau tahun depan,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia sendiri sudah meregulasi kripto termasuk Bitcoin sebagai bagian dari komoditas yang dapat diperdagangkan di bursa berjangka. Karena itu pengawasan terhadap kripto ini berada di bawah kendali Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Kementerian Perdagangan.

Bappebti sendiri saat ini sudah memberikan tanda daftar terhadap 13 perusahaan sebagai pedagang fisik aset kripto atau dalam terminologi umum di kalangan pelaku industri ini disebut sebagai exchanger. Exchanger inilah yang menyedikan platform untuk melakukan transaksi jual beli aset kripto. Berbeda denga di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya, di Indonesia transaksi kripto baru bisa dilakukan oleh investor retail atau individual. Sementara perusahaan atau investor institusi belum diperbolehkan. Bila kelak, pemerintah mengizinkan investor institusi membeli kripto, bukan tak mungkin perusahaan-perusahaan investasi di Indoneisa juga ikut memborong kripto untuk melengkapi portofolio investasi mereka.

Tetapi, yang pasti saat ini pada level individu sudah banyak orang Indonesia yang aktif melakukan trading kripto. Bahkan tidak hanya dilakukan di exchanger lokal yang terdafatar di Indonesia, investor kripto asal Indonesia juga melakukan trading di bursa luar negeri seperti Binance.

Investasi Kripto
Nah, bila Anda tertarik untuk mencoba berinvestasi kripto seperti Bitcoin ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Pengamat kripto sekaligus seorang trader kripto, Vinsensius Sitepu mengatakan sebelum menjadi investor atau trader kripto, Anda mesti mempelajari baik-baik aset kripto yang ingin di beli. Sebagai informasi, selain Bitcoin masih ada ribuan jenis kripto lainnya yang tersedia di pasar kripto di seluruh dunia saat ini. 

“Mulailah dari whitepaper-nya, tujuan proyeknya, siapa di baliknya, keunggulan dan kelemahannya, peluang dan strateginya, kerjasama dan kemitraan, penambahan produk baru, termasuk kemantapan smart contract-nya (jikalau tersedia), regulasi, keandalan bursa aset kripto yang Anda gunakan. Ini yang disebut sebagai analisis fundamental,” ujar Vinsensius pada pertengahan Februari lalu.

Whitapaper atau buku putih menjadi dokumen yang wajib dibaca, apalagi bila Anda memiliki tujuan membeli untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama. Buku putih ini semacam prospektus pada emiten di Bursa Efek.

Selanjutnya, wajib dipahami juga bahwa dibalikan imbal hasil tinggi yang dijanjikan, perdagangan aset kripto juga memiliki risiko tinggi, karena Anda berpotensi kehilangan seluruh modal Anda. Karena itu, Vinsensius menyarankan gunakanlah modal berupa “uang dingin” bukan “uang panas”. Uang dingin adalah uang yang memang Anda persiapkan untuk digunakan untuk investasi, untuk trading. Dan uang dingin itu harus Anda relakan untuk kelak hilang atas kerugian yang diakibatkan oleh Anda sendiri. Sedangkan uang panas adalah uang untuk kebutuhan sehari-hari yang digunakan untuk bertahan hidup.

Selain itu, menurut Vinsensius, modal yang digunakan untuk trading juga sebaiknya ada modal sendiri, bukan berasal dari utang atau pinjaman dari pihak lain, baik itu personal atau bank ataupun kartu kredit.

Sebagai trader, Anda juga harus memutuskan sesuatu berdasarkan pertimbangan sendiri yang tentunya dilakukan setelah menimbang berbagai informasi. Karena itu, penting bagi seorang trader kripto juga untuk memahami dengan baik analisis teknikal alias membaca grafik/chart perdagangan. “Pelajari cara menggunakan indikator yang tersedia sebagai bagian dari strategi dalam mengambil keputusan. Fasih ilmu analisis teknikal membuat Anda terhindar dari spekulasi terlalu tinggi,” ujar pria yang tinggal di Medan ini. [Julian A]