PM Malaysia Najib Razak (belakang) dan mantan PM Malaysia Mahathir Muhammad (depan) [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Menarik mengikuti perkembangan politik Malaysia yang semakin memanas dan memburuk. Perkembangan yang memanas itu tampak pada “perang” kata-kata antara Perdana Menteri (PM) Najib Razak dan mantan PM Mahathir Muhammad.

Mahathir disebut sering melontarkan kata-kata yang “buruk” kepada Najib dan berkomitmen untuk mengkhiri kekuasaan Najib yang nampaknya akan terus menancapkan kekuasaannya di pemerintahan dan partainya. Perang tersebut juga pada akhirnya melibatkan tokoh lain seperti Robert Kuok, pebisnis yang telah mendeklarasikan dukungan kepada oposisi yang tokohnya adalah Anwar Ibrahim.

Karena dukungannya itu, Kuok terjebak pada polemik tersebut dan dipaksa untuk mengakui kesetiaannya terhadap pemerintahan Najib. Pertarungan antara pendukung Mahathir dan Najib sebelum pemilihan umum sesungguhnya buntut dari “sengketa” pribadi kedua tokoh tersebut.

Kedua tokoh menurut laporan The Diplomat saling serang. Mahathir, misalnya, dalam kampanye menggunakan kata-kata bahwa pemerintahan Najib terlibat skandal korupsi. Akan tetapi, menurut Keith Loveard dari Concord Consulting berbasis Jakarta, yang terpenting dari pertarungan tersebut menggambarkan kegagalan regenerasi kepemimpinan di Malaysia.

Dari tokoh-tokoh yang terlibat dalam perang wacana tersebut, menurut Loveard, masih Najib, Anwar dan Mahathir. Ketiga orang ini disebut merupakan generasi masa lampau. Mereka gagal mendorong orang-orang muda untuk terlibat dalam politik sehingga dinamika politik Malaysia hanya berkisar ketiga tokoh tersebut.

Lantas apa yang baru dari pertikaian tokoh-tokoh politik Malaysia itu? Najib yang kini berusia 64 tahun, kendati masih punya karisma di United Malays National Organisation (UMNO), tentu saja perlu cemas terhadap Murkhriz, putra Mahathir. Najib tentu saja berpikiran Murkhriz adalah pesaingnya dan sangat mungkin akan maju sebagai penantang untuk memimpin UMNO.

Semantara keputusan Mahathir dengan mengumumkan akan bergabung dengan koalisi oposisi ketika mengikuti pemilihan umum tentu saja mengejutkan publik Malaysia. Mahathir bahkan berjanji ketika menang akan melobi sultan untuk mengampuni Anwar Ibrahim yang kini berusia 70 tahun. Bahkan Mahathir dan Wan Azizah Wan Ismail, istri Anwar sudah punya komitmen akan maju sepaket sebagai PM dan wakil PM.

Kendati sudah menyusun rencana demikian, selalu ada kekhawatiran terhadap kesehatan Mahathir yang kini berumur 92 tahun itu. Para pendukungnya khawatir gangguan kesehatan Mahathir justru bisa menjadi penghalang untuk memenangi pemilu. Namun, sebagian pihak menduga Mahathir akan tetap sehat sehingga kepopulerannya itu jika digabung dengan Anwar mampu menghadapi Najib dan UMNO.

Sebagian analisis memprediksi Najib akan kehilangan suara dari pemilih etnis Tionghoa karena pengalaman sebelumnya telah menunjukkan demikian. Tentu saja kekalahan dalam pemilu akan membuat Najib putus asa. Karena dengan bertahannya kekuasaanya hingga hari ini sebetulnya membuat ia terhindar dari pemeriksaan hukum. Jika kelak kalah, maka nasib Najib mungkin jadi akan sama dengan apa yang dialami Anwar. [KRG]