Pertempuran Stalingrad, yang terjadi antara Agustus 1942 dan Februari 1943, merupakan salah satu konfrontasi paling berdarah dalam Perang Dunia 2 dan titik balik yang menentukan di Front Timur.
Ditandai dengan pertempuran jalanan yang brutal dan kekalahan telak, kemenangan Uni Soviet menghancurkan ambisi Hitler di Timur dan mengubah momentum perang.
Berikut ini adalah jalannya Pertempuran Stalingrad, seperti dirangkum dari History.
Pendahuluan Pertempuran Stalingrad
Di tengah Perang Dunia 2, pasukan Wehrmacht Jerman memutuskan untuk melancarkan serangan ke Rusia selatan pada musim panas tahun itu.
Di bawah kepemimpinan Joseph Stalin, pasukan Soviet telah berhasil menangkis serangan Jerman di bagian barat Uni Soviet—yang bertujuan merebut Moskow—selama musim dingin 1941-1942.
Stalin dan para jenderalnya, termasuk calon pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev, sepenuhnya mengantisipasi serangan Nazi lainnya yang akan ditujukan ke Moskow.
Namun, Hitler dan Wehrmacht punya rencana lain.
Mereka mengincar Stalingrad, karena kota tersebut berfungsi sebagai pusat industri di Rusia, yang memproduksi, di antara barang-barang penting lainnya, artileri untuk pasukan negara tersebut.
Sungai Volga, yang mengalir melalui kota tersebut, juga merupakan jalur pelayaran penting yang menghubungkan bagian barat negara itu dengan wilayah timurnya yang jauh.
Pada akhirnya, Adolf Hitler ingin Wehrmacht menduduki Stalingrad, karena dia melihat manfaatnya untuk tujuan propaganda, mengingat kota itu menyandang nama Stalin. Untuk alasan yang sama, Rusia merasa perlu untuk melindunginya.
Tentara ke-6 Wehrmacht memulai serangan mereka pada 23 Agustus 1942.
Pertempuran Stalingrad Dimulai
Pasukan Rusia awalnya mampu memperlambat laju Wehrmacht Jerman dalam serangkaian pertempuran brutal di utara Stalingrad.
Pasukan Stalin kehilangan lebih dari 200.000 orang, tetapi mereka berhasil menahan tentara Jerman.
Dengan pemahaman yang kuat tentang rencana Hitler, Rusia telah mengirimkan sebagian besar simpanan biji-bijian dan ternak dari Stalingrad.
Namun, lebih dari 400.000 penduduk kota tidak dievakuasi, karena para pemimpin Rusia yakin kehadiran mereka akan menginspirasi pasukan.
Dari akhir Agustus hingga akhir serangan, Luftwaffe melancarkan puluhan serangan udara di kota Stalingrad.
Jumlah korban sipil tidak diketahui. Namun, diyakini puluhan ribu orang tewas, dan puluhan ribu lainnya ditangkap dan menjadi pekerja paksa di kamp-kamp di Jerman.
Pada bulan September, Luftwaffe pada dasarnya menguasai langit di atas Stalingrad, dan Rusia mulai putus asa.
Para pekerja di kota yang tidak terlibat dalam produksi senjata terkait perang segera diminta untuk ikut bertempur, seringkali tanpa senjata api mereka sendiri. Para perempuan direkrut untuk menggali parit di garis depan.
Namun, Rusia terus menderita kerugian besar. Pada musim gugur 1942, Stalingrad telah hancur lebur.
Meskipun menelan banyak korban dan gempuran Luftwaffe, Stalin menginstruksikan pasukannya di kota untuk tidak mundur, dengan dekrit terkenal dalam Perintah No. 227: “Tak Ada Satupun Langkah Mundur!” Mereka yang menyerah akan diadili oleh pengadilan militer dan kemungkinan dieksekusi.
Dengan kurang dari 20.000 pasukan di kota dan kurang dari 100 tank, para jenderal Stalin akhirnya mulai mengirimkan bala bantuan ke kota dan sekitarnya.
Jenderal Rusia Georgy Zhukov dan Aleksandr Vasilevsky mengorganisir pasukan Rusia di pegunungan di utara dan barat kota.
Dari sana, mereka melancarkan serangan balasan, yang dikenal sebagai Operasi Uranus.
Musim Dingin Rusia Tiba
Ketika musim dingin brutal Rusia dimulai, para jenderal Soviet tahu bahwa Jerman akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan, bertempur dalam kondisi yang tidak biasa bagi mereka.
Mereka mulai mengonsolidasikan posisi mereka di sekitar Stalingrad, memutus pasokan vital bagi pasukan Jerman, dan pada dasarnya mengepung mereka dengan jerat yang semakin ketat.
Berkat kemenangan Rusia dalam pertempuran di dekatnya, termasuk di Rostov-on-Don, 400 kilometer dari Stalingrad, pasukan Poros—sebagian besar Jerman dan Italia—semakin menipis.
Melalui Operasi Little Saturn, Rusia mulai menembus garis pertahanan pasukan Italia yang sebagian besar berada di sebelah barat kota.
Pada titik ini, para jenderal Jerman menghentikan semua upaya untuk membebaskan pasukan mereka yang terkepung di Stalingrad.
Namun, Hitler menolak untuk menyerah meskipun pasukannya perlahan-lahan kelaparan dan kehabisan amunisi.
Pertempuran Stalingrad Berakhir
Pada Februari 1943, pasukan Rusia telah merebut kembali Stalingrad dan menangkap hampir 100.000 tentara Jerman, meskipun kantong-kantong perlawanan terus bertempur di kota itu hingga awal Maret.
Sebagian besar tentara yang ditangkap tewas di kamp-kamp penjara Rusia, baik akibat penyakit maupun kelaparan.
Kekalahan di Stalingrad merupakan kegagalan perang pertama yang diakui Hitler secara publik.
Kekalahan ini menempatkan Hitler dan Blok Poros dalam posisi defensif, dan meningkatkan kepercayaan diri Rusia saat terus bertempur di Front Timur dalam Perang Dunia 2.
Pada akhirnya, banyak sejarawan meyakini Pertempuran Stalingrad menandai titik balik penting dalam konflik tersebut. [BP]