Perlu Manajemen Visitor untuk Kurangi Keausan Candi Borobudur

Ilustrasi/wikiwand

Koran Sulindo – Usia candi Borobudur kini sekitar 1200 tahun lebih. Dengan usia setua itu tak bisa menampung banyak pengunjung untuk naik candi secara bersamaan.

“Borobudur perlu manajemen visitor. Itu karena daya dukung atau konidisi Borobudur yang sudah berusia 1200 tahun lebih itu ini tidak bisa sembarangan dinaiki,” ujar Harry Widianto, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kemendikbud RI, di sela-sela pembukaan pameran ‘Terawang Borobudur Abad X’ di Jogja Gallery, Yogya, Selasa (14/3).

Berdasarkan studi kajian, candi Borobudur idealnya dinaiki sebanyak 138 atau paling banyak 150 pengunjung secara bergiliran. Sementara saat ini, menurut Harry, secara statistik candi Borobudur dikunjungi (dinaiki) mencapai 1,5 juta pengunjung setahunnya.

“Jadi sekali naik 1.500 orang. Jadi Borobudur sampai tertutup orang, dan itu betul-betul 10 kali lebih berat dari kemampuan atau daya dukung beban Borobudur. Kalau itu terus dilakukan sampai seperti ini, dan tidak diatur, maka itu akan cepat runtuh,” ujar Harry.

Diungkapkan pula oleh Harry, berdasarkan kajian yang telah dilakukan sudah ada indikasi keausan dari pada batu-batu Borobudur itu sudah sangat berat. Katakanlah pengunjung memakai sepatu karet. Namun kalau dilakukan oleh sekian ribu orang setiap hari, setiap jam, maka hal itu menjadi tergerus, “Coba amati saja pintu tangga naik, semuanya sudah cekung-cekung,” ujarnya.

Berdasarkan hal inilah Harry kembali menekankan perlunya manajemen visitor. Menurutnya manajemen visitor bisa dilakukan dengan beberapa alternatif. Misal dengan digilir per 150 orang. Atau melalui penyebaran obyek wisata sekitar candi,misalnya ke museum atau tempat atraksi wisata yang lain. Dengan begitu orang tidak terkonsentrasi langsung naik ke candi Borobudur, namun Borobudur. mereka bergiliran mendatangi dan naik ke candi.

“Usia Borobudur mungkin masih 1000 tahun lagi, tetapi apabila tidak diatur manjemen pengunjung yang naik ke candi, mungkin usianya bisa berkurang menjadi hanya 100 tahun,” tambah Harry lagi.

Ketika ditanya, apakah adanya pembatasan atau pengaturan ini tidak bertentangan dengan semangat mendatangkan wisatawan sebanyak 2 juta orang? “Taman wisata, harus “tunduk pada kelangsungan umur candi. Pembatasan sekarang ini sudah dilakukan terutama pada peak season. Memang belum drastis kita lakukan, mengingat pengunjung kan juga banyak. Jadi memang ada kendalanya, mereja sudah membayar cukup mahal,” kata Harry.

Harry juga mengingatkan bahwa candi Borobudur adalah asset utama. Tanpa adanya candi Borobudur, maka daerah itu tidak ada apa-apanya. “Jujur, (daerah) itu menjadi banyak duit karena ada candinya. Coba bayangkan kalau tak ada candinya. Makanya candi ini harus dilestarikan,” tambah Harry. [YUK]