Beberapa waktu lalu di Indonesia ramai tagar #KaburAjaDulu dan mereka yang meninggalkan Indonesia demi mendapatkan kehidupan yang lebih layak dinegara lain banyak yang beragama Islam.
Kemeriahan ramadhan pasti akan berbeda disetiap negara. Bagi mereka yang meninggalakan Indonesia pastinya akan mendapatkan pengalaman baru, namun bagi mereka yang merantau ke negara non-muslim atau muslim dinegara tersebut merupakan minoritas apakah terfikirkan sebelumnya akan merasakan Ramadhan dengan suasana seperti apa?
Berikut beberapa tantangan yang akan dihadapi bagi umat muslim yang menjalankan Ibadah puasa dinegara yang mayoritas penduduknya non-muslim.
1. Adaptasi dengan Lingkungan Baru
Bagi mereka yang terbiasa dengan suasana ramadhan di Indonesia pasti tidak asing dengan ramainya masyakat yang bersukacita merayakannya. Namun bagi mereka yang berada di negara non-muslim pasti akan mendapatkan perbedaan dan harus beradaptasi dengan hal tersebut. Salahsatu yang akan mereka alami adalah perbedaan waktu, di Greenland misalnya, waktu puasa disana bisa mencapai 16 jam 31 menit sedangkan di Indonesia hanya 14 jam.
2. Sulitnya mencari makanan Halal untuk Sahur dan Berbuka
Jika di Indonesia rata-rata rumah makan menyediakan makanan halal, berbeda dengan negara-negara di wilayah Eropa dan Amerika. Meskipun ada beberapa toko yang menyediakan makanan halal tetapi tidak semasif di Indonesia yang bisa ditemui dimana-mana.
Bagi mereka yang berada dinegara di Eropa atau Amerika haruslah menyiapkan makanan halal untuk menjadi hidangan berbuka puasa. Berbeda dengan di Indonesia yang bisa dibeli kapan saja bahkan menjelang berbuka puasa maupun diwaktu sahur.
3. Jadwal kerja dan sekolah yang tidak menyesuaikan dengan Ramadhan
Di negara mayoritas Muslim, jam kerja dan sekolah sering kali disesuaikan selama Ramadhan. Namun, di negara non-Muslim, banyak pekerja dan siswa harus tetap menjalani jadwal normal tanpa adanya kelonggaran.
4. Perbedaan cuaca di negara dengan 4 musim
Indonesia yang merupakan negara tropis hanya memiliki 2 musim yakni musim kemarau dan musim hujan.
Berbeda dengan negara Eropa atau Amerika yang mempunyai 4 musim, hal ini akan menjadi tantangan bagi mereka yang menjalani puasa di negara dengan 4 musim ini.
Apabila bulan ramadhan bertepatan dengan musim panas maka akan sanngat melelahkan berpuasa di musim tersebut, namun apabila berpuasa di musim salju maka dinginya cuaca akan sangat merepotkan bagi mereka yang belum terbiasa.
Cara Menghadapi Tantangan saat Ramadhan di Negara Non-Muslim
Agar tetap bisa menjalankan puasa dengan baik di negara non-Muslim, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan:
1. Menjelaskan dengan sopan kepada rekan kerja atau teman tentang puasa sehingga mereka lebih memahami dan menghormati praktik ibadah ini.
2. Membuat jadwal makan yang teratur dan memastikan sahur serta berbuka dengan makanan bernutrisi tinggi.
3. Mencari komunitas Muslim setempat untuk mendapatkan dukungan moral dan spiritual selama Ramadhan.
4. Memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi pencari restoran halal atau aplikasi pengingat jadwal sholat dan puasa.
Menjalankan ibadah puasa di negara non-Muslim memang memiliki tantangan tersendiri. Namun, dengan semangat kebersamaan, adaptasi, dan dukungan dari komunitas Muslim, tantangan tersebut dapat dihadapi dengan baik. Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang meningkatkan kesabaran, solidaritas, dan ketakwaan, di mana pun seorang Muslim berada. [IQT]