Hari ini dunia kehilangan sosok pemimpin yang menginspirasi, Jimmy Carter, sosok yang dikenal sebagai Presiden Amerika Serikat ke-39. Mantan Presiden Amerika Serikat dan peraih Nobel Perdamaian ini meninggal dunia pada usia 100 tahun.
Dilansir AFP, Senin (30/12/2024), Carter telah menjalani perawatan rumah sakit sejak pertengahan Februari 2023 di rumahnya di Plains, Georgia. Carter mengembuskan napas terakhirnya dengan damai di rumahnya di Plains, Georgia, pada Senin, 30 Desember 2024.
Ia dikelilingi oleh keluarga tercinta saat meninggal, menurut pernyataan resmi dari The Carter Center. Kepergian Carter menandai akhir dari perjalanan hidup seorang pemimpin yang penuh dedikasi terhadap kemanusiaan.
Carter adalah sosok yang mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk melayani umat manusia. Perjalanan hidupnya penuh warna, mulai dari masa kecilnya di sebuah kota kecil di Georgia, kiprahnya sebagai perwira Angkatan Laut, hingga pencapaiannya dalam diplomasi internasional yang membuahkan Perjanjian Camp David.
Bahkan setelah meninggalkan Gedung Putih, semangat pelayanannya tetap menyala melalui kerja-kerja kemanusiaan yang mengubah hidup banyak orang di seluruh dunia.
Kini, saat dunia meratapi kepergiannya, kita kembali diingatkan akan jejak-jejak luar biasa yang telah ia tinggalkan. Artikel ini akan membawa kamu menyusuri perjalanan hidup Jimmy Carter—seorang negarawan yang tak hanya memimpin dengan kebijaksanaan, tetapi juga menginspirasi dengan keteladanan.
Kehidupan Awal dan Karier Militer
Melansir laman Carter Center, Jimmy Carter (James Earl Carter, Jr.) lahir pada 1 Oktober 1924 di Plains, Georgia, Jimmy Carter tumbuh di komunitas kecil Archery. Anak seorang petani dan perawat, ia menjalani pendidikan di sekolah lokal sebelum melanjutkan ke United States Naval Academy, di mana ia lulus dengan gelar Bachelor of Science pada 1946. Sebagai perwira Angkatan Laut, Carter bertugas di kapal selam dan menjadi bagian dari program kapal selam nuklir di bawah Laksamana Hyman Rickover.
Pada 1953, Carter meninggalkan karier militernya untuk mengelola perkebunan keluarga setelah ayahnya meninggal. Kepemimpinannya di bidang pertanian membawa Carter ke dunia politik lokal, di mana ia mulai aktif dalam dewan pendidikan, rumah sakit, dan perpustakaan.
Masa Jabatan Sebagai Presiden
Jimmy Carter menjabat sebagai Presiden AS ke-39 dari 1977 hingga 1981 setelah memenangkan pemilihan umum 1976. Ia membawa visi yang menekankan hak asasi manusia, keadilan sosial, dan diplomasi internasional.
Salah satu pencapaiannya yang paling bersejarah adalah menjadi mediator dalam Perjanjian Camp David, yang mengakhiri konflik antara Israel dan Mesir.
Namun, pemerintahannya juga diwarnai tantangan besar, seperti krisis penyanderaan di Iran dan krisis minyak. Ketidakpuasan publik atas kebijakannya memengaruhi peluangnya untuk terpilih kembali, dan ia dikalahkan oleh Ronald Reagan pada pemilu 1980.
Meskipun masa kepresidenannya singkat, kontribusi Carter terhadap dunia tidak berakhir di Gedung Putih. Pada 1982, ia mendirikan The Carter Center bersama istrinya, Rosalynn.
Pusat nirlaba ini berfokus pada penyelesaian konflik, pengawasan pemilu, pemberantasan penyakit, dan promosi hak asasi manusia. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah memimpin upaya global untuk memberantas penyakit cacing Guinea.
Sebagai seorang penulis produktif, Carter menerbitkan banyak buku yang mencakup berbagai tema. Sepuluh karyanya yang terkenal antara lain “Why Not the Best?” (1975), “Keeping Faith: Memoirs of a President” (1982), “Negotiation: The Alternative to Hostility” (1984), “The Blood of Abraham: Insights into the Middle East” (1985), “An Hour Before Daylight” (2001), “Palestine: Peace Not Apartheid” (2006), “Beyond the White House” (2007), “A Call to Action” (2014), “A Full Life: Reflections at Ninety” (2015), dan “Faith: A Journey for All” (2018).
Melalui buku-bukunya, Carter tidak hanya berbagi pengalaman hidup tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang isu-isu global.
Pada 2002, Carter menerima Hadiah Nobel Perdamaian atas dedikasinya yang tak kenal lelah dalam memajukan perdamaian, demokrasi, dan hak asasi manusia. Penghargaan ini mencerminkan komitmennya yang mendalam untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan damai.
Kehidupan Pribadi
Jimmy Carter menikahi Rosalynn Smith pada 1946. Pasangan ini memiliki empat anak, sejumlah cucu, dan cicit. Hingga akhir hayatnya, Carter tetap aktif mengajar sekolah Minggu di Gereja Baptis Maranatha di Plains.
Jimmy Carter adalah simbol integritas dan pelayanan publik yang sejati. Dari seorang petani kacang di Georgia hingga menjadi pemimpin dunia, ia telah meninggalkan warisan yang menginspirasi generasi mendatang. Dunia kehilangan seorang negarawan yang tak hanya memimpin, tetapi juga mengabdikan hidupnya untuk kesejahteraan umat manusia. [UN]