Perjalanan BRICS dan Pengaruhnya dalam Geopolitik Dunia

Menteri Luar Negeri Sugiono di antara para pemimpin dunia di KTT BRICS Ke-16 di Kazan, Rusia, pada tanggal 24 Oktober 2024. (GETTY IMAGES)

Di tengah dinamika geopolitik dunia yang terus berubah, muncul kebutuhan akan keseimbangan kekuatan yang lebih inklusif dan adil. Dominasi negara-negara barat dalam perekonomian global mendorong negara-negara berkembang untuk bersatu dan menciptakan platform yang dapat mewakili aspirasi mereka.

Dalam konteks inilah BRICS lahir sebagai sebuah organisasi antar-pemerintah yang bertujuan memberikan suara kepada negara-negara berkembang. Berikut adalah perjalanan sejarah BRICS dari awal pembentukannya hingga masa kini.

Awal Mula BRICS

Konsep BRICS pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Jim O’Neill dari Goldman Sachs pada tahun 2001 dalam laporan bertajuk Building Better Global Economic BRICs. Dalam laporan tersebut, O’Neill mengidentifikasi Brasil, Rusia, India, dan Cina sebagai negara-negara dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang besar, yang mampu menjadi kekuatan baru di panggung global.

Pertemuan resmi pertama negara-negara BRIC terjadi pada 20 September 2006 di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York. Pertemuan tersebut dihadiri oleh menteri luar negeri dari Brasil, Rusia, dan Cina serta menteri pertahanan India. Dalam kesempatan ini, mereka sepakat untuk memperluas kerja sama multilateral di antara negara-negara mereka.

KTT Pertama dan Perkembangan Selanjutnya

KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) pertama BRIC diselenggarakan pada 16 Juni 2009 di Yekaterinburg, Rusia. Dalam pertemuan ini, para pemimpin negara menyatakan keinginan untuk membangun dialog dan kerja sama yang proaktif serta transparan. Selain itu, mereka juga membahas cara-cara untuk mengatasi krisis keuangan global yang sedang berlangsung kala itu.

Pada tahun 2010, Afrika Selatan resmi bergabung dengan kelompok ini, mengubah nama organisasi menjadi BRICS. Kehadiran Afrika Selatan memperluas cakupan geografis dan politik kelompok ini, mencerminkan inklusivitas serta ambisi BRICS untuk memperkuat pengaruhnya secara global. Sejak saat itu, pertemuan tahunan rutin diadakan untuk membahas isu-isu penting seperti perekonomian global, keamanan internasional, dan pembangunan berkelanjutan.

Salah satu pencapaian terbesar BRICS adalah pendirian New Development Bank (NDB) pada tahun 2014 selama KTT ke-6 di Fortaleza, Brasil. Bank ini dirancang untuk mendukung proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan di negara-negara anggota serta negara-negara berkembang lainnya. Selain itu, BRICS juga meluncurkan Contingent Reserve Arrangement (CRA) yang berfungsi memberikan dukungan keuangan darurat kepada anggotanya, sebagai langkah penting dalam mengurangi ketergantungan pada institusi keuangan barat.

Pada KTT ke-15 yang berlangsung di Johannesburg pada Agustus 2023, BRICS mengambil langkah signifikan dengan mengundang beberapa negara baru untuk bergabung. Negara-negara seperti Iran, Mesir, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Ethiopia resmi menjadi anggota pada tahun 2024.

Pada KTT BRICS yang ke-16, Indonesia juga turut hadir. Mengutip laman tempo.co, kurang dari satu minggu setelah dilantik Presiden Prabowo Subianto, Menteri Luar Negeri RI Sugiono melakukan perjalanan pertamanya pasca dilantik Presiden Prabowo Subianto guna menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT BRICS ke-16 di Kazan, Rusia pada 22-24 Oktober 2024.

Menteri Luar Negeri Sugiono hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia untuk mengutarakan keinginan Indonesia bergabung dengan blok ekonomi itu.

“Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif,” ujar Menlu Sugiono dalam keterangan resmi.

“Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum.” Lanjutnya.

Dengan lebih dari 40% populasi dunia dan kontribusi signifikan terhadap GDP global, BRICS terus meningkatkan kerja sama dalam berbagai bidang, termasuk politik, ekonomi, dan budaya. Melalui inisiatif-inisiatif strategis, BRICS berkomitmen memberikan platform yang lebih kuat bagi negara-negara berkembang dalam menghadapi tantangan global sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Sejak pembentukannya, BRICS telah menunjukkan bahwa negara-negara berkembang memiliki peran penting dalam menciptakan keseimbangan global. Dengan fokus pada kerja sama multilateral, pembangunan berkelanjutan, dan inisiatif keuangan, BRICS terus menjadi simbol kekuatan kolektif yang mampu menantang status quo. Masa depan organisasi ini menjanjikan lebih banyak peluang untuk memperkuat tatanan dunia yang lebih adil dan inklusif. [UN]