Koran Sulindo – Pada tahun 1965, Indonesia diguncang oleh berbagai kekejaman yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Salah satu peristiwa kelam yang terjadi sebelum penculikan dan pembunuhan enam jenderal serta satu perwira TNI AD adalah Peristiwa Bandar Betsy.
Tragedi berdarah ini terjadi pada 14 Mei 1965, ketika seorang anggota TNI berpangkat Pembantu Letnan Satu (Peltu), Letda Sudjono, tewas di tangan ratusan anggota PKI di perkebunan karet Bandar Betsy, Simalungun, Sumatera Utara. Peristiwa ini menjadi salah satu saksi bisu kebrutalan PKI sebelum puncak pemberontakan mereka pada 30 September 1965.
Latar Belakang Peristiwa
Kala itu, tiga sayap organisasi PKI—Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Rakyat (PR), dan Gerwani—melakukan pendudukan paksa terhadap perkebunan milik negara, termasuk Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet IX di Bandar Betsy.
Keinginan untuk menguasai lahan negara di berbagai daerah telah menjadi salah satu agenda PKI, dan perkebunan karet di Simalungun menjadi salah satu targetnya.
Sebagai penjaga kebun tersebut, Letda Sudjono dan anggotanya bertugas mempertahankan lahan perkebunan dari penjarahan. Mereka harus menghadapi ratusan massa yang dipersenjatai oleh PKI dan sayap organisasinya.
Pada hari yang tragis itu, lebih dari 200 anggota BTI berkumpul di Balai Sumber Sari, Bandar Betsy, dengan tujuan untuk merebut lahan perkebunan dan menanaminya dengan tanaman seperti ubi, pisang, dan jagung.
Kematian Tragis Letda Sudjono
Ketika Letda Sudjono dan tiga anggotanya tiba di lokasi untuk mengecek traktor yang terjebak di kubangan lumpur, mereka menyadari adanya aktivitas penanaman oleh anggota BTI di lahan perkebunan negara.
Letda Sudjono segera memerintahkan agar penanaman dihentikan. Namun, salah satu anggota BTI mencoba merampas helm Letda Sudjono, yang berujung pada konfrontasi fisik. Anggota BTI yang marah karena tindakan Letda Sudjono kemudian menyerang balik, memukulinya hingga jatuh.
Situasi semakin memburuk saat para anggota BTI mencangkul dan menghujamkan berbagai peralatan pertanian ke tubuh Letda Sudjono hingga tewas secara mengenaskan di tengah kebun yang ia jaga. Melihat kejadian itu, tiga anggotanya berhasil melarikan diri sementara anggota BTI bersorak-sorai merayakan kematian Sudjono.
Tidak lama setelah peristiwa itu, polisi datang dan mengamankan situasi. Jenazah Letda Sudjono dibawa ke RSU Kebun Laras dan kemudian dimakamkan dengan upacara militer.
Dampak dan Reaksi
Kabar kematian Letda Sudjono sampai ke telinga Jenderal Ahmad Yani, yang saat itu menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat. Mendengar tragedi ini, Jenderal Yani marah besar dan memerintahkan agar kasus ini diusut tuntas.
Saat menghadiri HUT Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 15 Juli 1965, Jenderal Ahmad Yani dengan tegas menyatakan bahwa jika peristiwa seperti ini dibiarkan, akan timbul anarki di negara ini.
Tiga bulan setelah peristiwa Bandar Betsy, PKI melancarkan aksi lebih besar yang dikenal sebagai Gerakan 30 September 1965 (G30S PKI). Jenderal Ahmad Yani menjadi salah satu korban dalam aksi penculikan dan pembunuhan terhadap enam jenderal dan satu perwira TNI AD.
Peringatan dan Monumen
Sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan Letda Sudjono, dibangunlah Tugu Letda Sudjono di tengah perkebunan karet Bandar Betsy, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Tugu ini mirip dengan Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta, yang juga mengenang Pahlawan Revolusi. Bedanya, jika di Monumen Pancasila Sakti terdapat tujuh patung Pahlawan Revolusi, di Tugu Letda Sudjono terdapat delapan patung, termasuk patung Letda Sudjono.
Sayangnya, meskipun memiliki nilai sejarah yang tinggi, keberadaan tugu ini belum mendapat perhatian serius dari pemerintah. Kondisinya yang tidak terawat serta minimnya fasilitas umum membuat tempat ini jarang dikunjungi oleh masyarakat umum.
Namun demikian, Tugu Letda Sudjono masih menjadi tempat upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang sering diadakan oleh Kodam I Bukit Barisan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Peristiwa Bandar Betsy menjadi salah satu contoh dari rangkaian kekejaman yang dilakukan oleh PKI dalam upayanya untuk menguasai Indonesia.
Kematian Letda Sudjono serta peristiwa lainnya mengingatkan kita akan betapa berharganya kedaulatan dan stabilitas negara, serta pengorbanan para pahlawan yang berjuang mempertahankannya. Tugu Letda Sudjono di tengah perkebunan karet Bandar Betsy akan terus menjadi saksi bisu sejarah yang seharusnya tidak dilupakan. [UN]