Pergeseran Musim, Pancaroba Diprediksi Berakhir Oktober

Ilustrasi, cuaca ekstrim menjelang musim hujan - Istimewa

Pemanasan global yang semakin meningkat berpengaruh besar pada terbentuknya cuaca dan musim, termasuk pancaroba. Jika biasanya musim penghujan tiba di bulan Oktober diawali pancaroba (peralihan musim) pada bulan September, tahun 2023 ini diperkirakan bergeser ke bulan November.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mennyebut Indonesia sudah masuk masa pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan pada Oktober.

“Masih belum masuk musim hujan, namun sudah indikasi mengarah akhir Pancaroba,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto (25/10).

Adapun pancaroba ditandai oleh pertumbuhan awan Cumulonimbus (CB) yang biasanya muncul di saat pagi menjelang siang.

BMKG memprediksi awal musim hujan 2023/2024 umumnya akan terjadi pada bulan Oktober – Desember 2023 yaitu sebanyak 477 Zona Musim (ZOM) atau 68,2 persen wilayah.

Sementara, puncak musim penghujan umumnya diprakirakan pada bulan Januari–Februari 2024, yaitu sebanyak 385 ZOM (55,1 persen wilayah).

Dampak pemanasan global

Musim kemarau kering atau Elnino saat ini tengah melanda Indonesia, dampaknya beberapa daerah hingga Oktober masih mengalami cuaca panas ekstrim seperti yang terjadi di Semarang, Yogyakarta dan Surabaya.

Indonesia merupakan wilayah yang rentan terpengaruh oleh El Nino-La Nina dan pemanasan global. Fenomena tersebut akan terus terjadi dengan gejala yang dikhawatirkan akan menguat.

Berdasar data perubahan suhu muka laut dalam beberapa dasawarsa terakhir, akan terlihat suhu laut di wilayah maritim Indonesia menunjukkan adanya pengaruh dari kedua fenomena tersebut.

Secara global, menurut IPCC, seluruh dunia saat ini sudah terjadi peningkatan suhu muka laut secara rata rata hingga di atas 1,2 derajat.

Angka ini sudah memenuhi batas ambang perpindahan musim kemarau ke musim transisi atau pancaroba. Sehingga terjadi pergeseran yang kita alami tahun ini.

Akibat pemanasan global syarat terbentuknya musim juga mengalami peribahan. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi awal musim hujan 2023/2024 umumnya akan terjadi pada bulan Oktober – Desember 2023 yaitu sebanyak 477 Zona Musim (ZOM) atau 68,2 persen wilayah.

Sementara, puncak musim penghujan umumnya diprakirakan pada bulan Januari–Februari 2024, yaitu sebanyak 385 ZOM (55,1 persen wilayah).

Dibandingkan dengan kondisi normal, Dwikorita menyebut awal Musim Hujan 2023/2024 pada 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia diprakirakan muncur sebanyak 446 ZOM (64 persen), sama di 56 ZOM (8 persen), dan maju 22 ZOM (3 persen).

Sementara, 50 ZOM (7 persen) sudah masuk musim hujan, 12 ZOM (2 persen) dengan musim hujan sepanjang 2023, dan 113 ZOM (16 persen) dengan tipe 1 musim sepanjang tahun.

Sifat hujan pada periode Musim Hujan 2023/2024 diprakirakan normal ada di 566 ZOM (80,9 persen), atas normal sebanyak 69 ZOM (9,9 persen), dan bawah normal 64 ZOM (9,2 persen).

Cuaca ekstrim pada musim pancaroba

Musim pancaroba sebagai peralihan menuju musim hujan sangat rentan dengan cuaca ekstrim. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah hujan petir, angin kencang, bahkan hujan es.

Pada masa pancaroba ini, arah angin bertiup sangat bervariasi hingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya.

Namun BMKG menyebut secara umum biasanya kondisi cuaca di pagi hari cerah, siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam dengan terbentuknya awan Cb. Menjelang sore hari, awan Cb ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.

“Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati,” ujar Kepala BMKG Dwikorita (28/10).

Untuk itu BMKG meminta kementerian/lembaga, pemeritah daerah, dan institusi terkait untuk melakukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologis selama musim hujan.

Mitigasi perlu dilakukan terutama di wilayah yang mengalami Sifat Musim Hujan Atas Normal (lebih basah dibanding biasanya). Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor. [DES]