Perbedaan Erwann Seorang Prancis dan Tsamara Melihat Rusia

Erwann Pensec warga Prancis (kiri) dan Tsamara Amany, politikus PSI (kanan) [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Pernyataan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany yang memicu kontroversial atas tanggapan terhadap Wakil Ketua DPR Fadli Zon mendapat respons serius dari media Rusia. Fadli yang menginginkan Indonesia punya pemimpin seperti Vladimir Putin dibantah Tsamara dengan menggunakan data-data Barat yang tentu saja bias.

Dalam videonya yang telanjur viral, Tsamara mengungkapkan Putin bukan contoh pemimpin yang baik, yang membungkam oposisi dan pers di Rusia. Juga disebutkan tidak ada kebebasan beraspirasi seperti di Indonesia sehingga praktik-praktik korupsi dibiarkan begitu saja.

Karena itu, indeks korupsi Rusia berada di bawah Indonesia. Mengutip data Tranparency International pada 2017, indeks persepsi korupsi Rusia berada pada posisi 135 dari 180 negara. Sedangkan Indonesia berada pada posisi 96. Jika merujuk kepada data tersebut, sesungguhnya tidak ada yang perlu dibanggakan karena sama-sama menjadi negara korup.

Akan tetapi, persepsi Tsamara itu berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan beberapa anak muda yang pernah tinggal dan mengecap pendidikan di Rusia. Dalam sebuah tulisan How Russians changed my life: Erwann from France yang dimuat RBTH berbahasa Inggris dan ditulis Erwann Pensec seorang Prancis, apa yang dituduhkan Tsamara sama sekali tidak tergambar dalam tulisan Erwann.

Selama perjalanannya di Rusia, Erwann merasa berada di luar bumi. Ia betul-betul merasa berada di planet lain. Pasalnya, tata kota, arsitektur gedung, kebudayaan dan lain sebagainya terasa amat berbeda dengan tempat asal Erwann. Kesan awalnya itu lalu mendapat pembenaran ketika ia tinggal bersama sebuah keluarga di Rusia.

“Segala kebaikan, kesederhanaan, dan kehangatan mereka membuat saya menjadi betah, serasa tinggal di rumah sendiri,” tulis Erwann yang dimuat RBTH pada 8 April lalu.

Setelah dua tahun tinggal di sebuah kota kecil bernama Lipetsk, Erwann pun pindah ke kota lain dan tinggal di sebuah apartemen. Baru hari pertama tinggal di apartemen itu, pemiliknya langsung mengatakan bahwa Erwann dianggap sudah seperti anaknya. Si pemilik apartemen bahkan kerap berkunjung di akhir pekan dan bercakap-cakap dengan Erwann sepanjang hari.

Karena sudah dianggap seperti keluarga, Erwann pun lantas diundang untuk makan malam di rumah sang empunya apartemen. Di Moskwa, Erwann tinggal di apartemen komunal bersama dengan 17 orang lainnya. Dari orang-orang itu, ada seorang wanita tua yang kemudian Erwann anggap menjadi neneknya.

Dari si nenek, Erwann diajari cara menghidangkan sajian tradisional Rusia. Selama di Rusia, ia sunggung-sungguh kagum dengan kemurahan hati setiap orang. Kendati sebagian orang hanya hidup dalam kesederhanaan, tapi mereka suka membantu orang dengan ketulusan dan dari hati yang paling dalam.

“Sebagian masyarakat menyebutkan sifat demikian cenderung berkurang, namun solidaritas menjadi hal yang penting bagi masyarakat. Warisan dari pemerintahan Soviet dan menjadi dasar kehidupan masyarakat,” tutur Erwann.

Lebih Manusiawi
Dari Rusia, Erwann juga mendapat pelajaran menjadi manusia yang lebih manusiawi, berbagi dengan orang lain dan menjadi lebih terbuka. Bahkan ketika mendapat kesempatan belajar linguistik di Nizhny Novgorod, Erwann bersama teman kuliahnya yang Katolik bisa merayakan Natal dan berbagi kasih dengan anak-anak yatim di panti asuhan. Sebuah perayaan yang menyentuh, kata Erwann.

Di Rusia, Erwann belajar bagaimana menghargai orang dari berbagai kelas sosial, gaya hidup dan latar belakang. Mulai dari pengemis, gelandangan, penambang hingga mantan direktur sebua museum. Rusia disebut sebagai mosaik kehidupan. Dan tentu saja Rusia terdiri atas berbagai daerah-daerah yang mayoritas Islam, Budha dan lain sebagainya.

“Dan itu sangat fantastis,” Erwann menambahkan.

Soal konflik, ia mengakui itu menjadi sejarah di setiap negara dan tentu saja Rusia. Tapi, secara keseluruhan, Erwann menilai Rusia sebagai sebuah negara yang luar biasa dengan segala kebinekaannya. Erwann tentu saja terinpirasi karena itu, terlebih setiap hari ia melihat orang-orang di Moskwa berbicara dengan beragam bahasa.

Juga dengan pakaian dan aksesoris tradisional berbeda, penampilan berbeda dan itu sungguh luar biasa, kata Erwann. Dari pengalaman Erwann itu, tampaknya RBTH berbahasa Indonesia menjadi benar: jika Tsamara ingin mengetahui Rusia, sebaiknya datang dan bertanya langsung kepada perwakilan pemerintahnya atau seperti Erwann, tinggal di sana dan merasakan kehidupan komunal itu! [KRG]