Ilustrasi perang dagang AS vs Tiongkok [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok resmi dimulai pada Jumat (6/7) kemarin. Juga ditandai dengan “serangan” pertama AS lewat Presiden Donald Trump yang mengancam Tiongkok akan mengenakan tarif tambahan jika negara itu membalas serangan AS.

Perang dagang secara resmi itu berarti AS mengenakan tarif kepada sejumlah barang Tiongkok yang masuk ke AS yang bernilai US$ 34 miliar. Sementara tarif tambahan yang disebutkan Trump kepada sejumlah barang Tiongkok itu bernilai US$ 500 miliar.

Dan saat ini merupakan perang dagang terbesar dalam sejarah ekonomi. Namun, itulah keputusan Presiden Trump yang mengenakan tarif senilai US$ 34 miliar terhadap produk Tiongkok. Sebagai balasan, Tiongkok tampaknya akan melakukan tindakan yang serupa sehingga akan memicu perang dagang besar-besaran.

Tiongkok berjanji tidak akan menjadi pihak yang pertama menembakkan “peluru”. Namun, negara itu berjanji akan membalas serangan sebagai upaya bertahan dan melindungi rakyatnya. Demikian pernyataan resmi Kementerian Perdagangan Tiongkok seperti dikutip Asia Times pada Sabtu (7/7).

Setelah tarif pertama itu, Presiden Trump kini sedang merancang tarif tambahan terhadap sejumlah produk Tiongkok senilai US$ 500 miliar. Pada saat yang sama Tiongkok juga sedang menghitung tarif tambahan untuk sejumlah produk AS termasuk pesawat buatan Boeing.

Tentu saja saling “serang” ini meningkatkan ketegangan. Selama 3 bulan terakhir, perang kata-kata kedua negara meningkat pesat, terutama setelah Gedung Putih berjanji menekan defisit perdagangan AS dengan Tiongkok.

Pada Mei tahun ini, defisit perdagangan AS terhadap Tiongkok mencapai US$ 24,6 miliar. Secara keseluruhan total surplus perdagangan Tiongkok dengan AS mencapai US$ 375,2 miliar pada 2017. Tapi itu baru dari satu produk, Trump juga menyoroti tentang hak kekayaan intelektual dalam industri teknologi tinggi.

Kendati siap menghadapi perang dagang itu, Tiongkok tampaknya tetap berhati-hati dalam membuat keputusan. Pertanyannya: sampai berapa lama perang dagang ini akan berlangsung? [KRG]