PARTAI politik atau parpol di Indonesia ada ratusan jumlahnya baik yang menjadi kontestan pemilu ataupun tidak. Dengan kondisi dunia saat ini parpol diharap tidak melulu sibuk masalah internal, tetapi juga berkontribusi pada perdamaian dunia.
Menurut rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro, parpol harus memiliki peran strategis untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian dunia. Apalagi situasi dunia kini sarat dengan konflik dan perang seperti di Ukraina.
“Parpol seharusnya tak hanya ‘concern’ dengan masalah internal, tetapi seharusnya lebih bisa terlibat dalam berkontribusi pada penyelesaian konflik dan perdamaian dunia,” kata Ari.
Ari Kuncoro mengatakan hal itu saat membuka seminar internasional bertema Partai Politik dan Demokrasi dengan sub tema Peran Partai Politik Dalam Mempromosikan Keadilan dan Perdamaian Dunia (The Political Parties Roles in Promoting The World Peace Justice), di Yogyakarta, Senin.
Untuk itu Ari memandang parpol di Indonesia perlu diperkuat agar bisa mengemban tanggungjawab itu dimasa akan datang.
Doktor Ilmu Pertahanan Universitas Pertahanan (Unhan) yang juga Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan dirinya sepakat dengan apa yang disampaikan Ari. Bagaimana kesadaran parpol perlu dibangun dalam tanggung jawab untuk dunia.
“Perang Rusia-Ukraina menyadarkan kita bahwa apa yang telah digagas para pendiri bangsa bahwa salah satu tujuan bernegara adalah kita ikut melibatkan diri secara aktif membangun ketertiban dan perdamaian dunia. Berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan ini harus menjadi tanggung jawab sosial parpol,” ujar Hasto.
Dia menilai parpol harus membangun ‘international network” bagi upaya mengimplementasikan Pancasila dalam sistem internasional.
Misi perdamaian
Peran Indonesia dalam perdamaian dunia kembali menguat setelah Presiden joko Widodo menginisiasi misi perdamaian ke wilayah yang sedang berkonflik yaitu Ukraina dan Rusia. Upaya ini dipandang baru langkah awal sehingga masih banyak pekerjaan strategis untuk mewujudkan misi itu.
Rektor Universitas Paramadina Didik Junaidi Rachbini menilai kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia dengan membawa misi perdamaian merupakan harapan dan langkah awal agar bumi menjadi lebih damai dan jauh dari perang.
“Misi perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia merupakan secercah harapan dan langkah awal agar bumi lebih damai dan jauh dari perang,” kata Didik di Jakarta, Kamis (30/6).
Dia menilai upaya perdamaian tersebut patut mendapat apresiasi dan perlu dilanjutkan oleh jajaran menteri di Kabinet Indonesia Maju.
Setelah bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin, misi perdamaian itu perlu dilanjutkan dalam kunjungan ke negara-negara besar di dalam G20, terutama Tiongkok.
Didik juga mengatakan posisi kepemimpinan Indonesia dalam G20 memiliki nilai strategis dan menguntungkan bagi Jokowi dan Indonesia untuk berperan dalam mewujudkan dan menjaga perdamaian dunia.
Dia menilai Jokowi juga perlu menyampaikan pidato di forum PBB untuk menyuarakan perdamaian dunia. Selain itu, diplomasi ke pihak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) juga perlu dilanjutkan lebih mendalam oleh para menteri Jokowi.
Menurutnya NATO merupakan akar dan sumber masalah konflik karena kerap unjuk kekuatan dan memunculkan misi yang mendominasi dunia.
“Ada keseimbangan yang tidak dijaga, dimana organisasi lainnya seperti NATO terus melebarkan sayap di masa damai yang justru dianggap ancaman bagi Putin. Ini akar masalah, sehingga untuk mendamaikannya tidak berada dalam posisi menyalahkan satu pihak dengan argumen apa pun, tetapi kemudian memberi pembenaran pada yang lain,” jelas Didik. [DES]