ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

Koran Sulindo – Sedikitnya 40.000 penduduk yang tinggal di sekitar Gunung Agung mulai mengalir menuju tempat pengungsian sejak akhir pekan lalu menyusul meningkatnya aktivitas vulkanik gunung tersebut.

Erupsi diiringi suara dentuman yang terdengar hingga jarak 12 kilometer dari puncak gunung dan asap membumbung hingga 2.500-3.000 meter dari atas kawah.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPNB) Sutopo Purwo Nugroho menyebut warga mengungsi ke wilayah yang berada di luar kawasan rawan bencana.

Sutopo mengaku belum bisa memberikan jumlah pasti pengungsi karena masih melakukan penyisiran. “Petugas melakukan penyisiran dan mengimbau agar warga mengungsi. Karena masih ada sebagian masyarakat yang belum mau mengungsi,” kata Sutopo.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terhitung mulai Senin pukul 06.00 Wita meningkatkan status Gunung Agung dari Siaga (level 3) ke Awas (level 4).

PVMBG juga memprediksi kemungkinan letusan besar bisa saja terjadi dalam waktu tak lama lagi. Saat ini Gunung Agung terus mengeluarkan lava yang mengalir dari kawah gunung yang menyebabkan tergerusnya dinding kawah.

Dengan penetapan status bahaya tertinggi tersebut, masyarakat dilarang mendekati Gunung Agung dalam radius 8 km dari pusat kawah. Radius ditambah 2 km, menjadi 10 km untuk wilayah di utara, timur laut, selatan dan barat daya gunung.

Sedikitnya 22 desa diprediksi terkena dampak letusan gunung tersebut. Mengantisipasi kemungkinan bencana, setidaknya 90.000 hingga 100.000 warga yang tinggal di kaki gunung harus segera dievakuasi.

Pemerintah melalui Kemterian Sosial telah menyiapkan persediaan logistik melalui cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 278 ribu ton untuk kebutuhan semua pengungsi.

Selain logistik, Kemensos juga menyediakan 11 mobil dapur umum lapangan yang ditempatkan di setiap kabupaten dan kota di Bali.

Kemensos juga telah mendirikan tenda-tenda pengungsian sejak September lalu dan menerjunkan 396 orang Taruna Siaga Bencana (Tagana) lokal untuk membantu menangani pengungsi.

“Selain Tagana dari Provinsi Bali, juga disiagakan Tagana dari provinsi lain terdekat antara lain Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan. Total ada sebanyak 718 Tagana yang disiapkan,” kata Mensos Khofifah Indar Parawansa.

Sementara itu Gubernur Bali Made Mangku Pastika menjamin dana tanggap darurat bencana yang disiapkan pemerintah bisa segera dicairkan dalam waktu dekat. Meski tak merinci jumlahnya, pencairan dana tersebut akan dilakukan sesuai kebutuhan.

Lebih lanjut, Pastika meminta pengugsi tak perlu khawatir karena jika dana tanggap darurat tak mencukupi pemerintah pusat siap menambahkannya.

Kepada warga terdampak, dia mengimbau agar tak mengungsi terlalu jauh dari zona aman untuk memudahkan koordinasi dan penyaluran bantuan. Dia juga meminta agar pengungsi yang belum menerima bantuan menginformasikan ke ke Posko Komando agar petugas segera menyalurkan bantuan.

Gunung Agung tercatat pernah meletus pada tanggal 17 Maret 1963 dengan menewaskan 1.900 jiwa dengan 1.549 meninggal akibat dampak langsung. Selain korban jiwa letusan itu juga menghancurkan 1.700 rumah dan membuat 225.000 orang kehilangan mata pencaharian.

Gunung Agung mulai meletus pada tanggal 18 Februari 1963 dan baru berakhir 27 Januari 1964. Letusan itu membuat suhu bumi turun 0,4 derajat celcius. Selain melontarkan abu, letusan juga memuntahkan sejumlah besar sulfur dioksida yang bereaksi dengan uap air di udara dan membentuk awan asam sulfat.

Jutaan ton material itu terakumulasi di stratosfer membentuk kabut yang menghalangi sinar ultraviolet (UV) serta memicu efek pendinginan. Letusan Gunung Agung tersebut menjadi letusan terdahsyat yang terjadi sepanjang abad ke-20. [TGU]