Peneliti intelijen, Ridlwan Habib [Foto: Antara]

Koran Sulindo – Hari Sumpah Pemuda tahun ini jatuh pada hari Rabu (28/10) pekan depan. Sejumlah elemen mahasiswa berencana berdemonstrasi di Gedung DPR/MPR.

Pengamat intelijen Ridlwan Habib menilai isu  yang diusung dalam demonstrasi sudah kehilangan relevansinya. “Tuntutan soal UU Cipta Kerja sudah direspons pemerintah, bahkan Presiden Joko Widodo sampai mengeluarkan pernyataan pers terkait itu, jadi pada dasarnya sudah didengar dan sampai, ” kata Ridlwan di Jakarta, Minggu (25/10).

Demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja, menurut Ridlwan, sudah mulai melenceng dari isu utamanya. “Tuntutan agar presiden mengundurkan diri atau turun gara gara satu pembuatan UU menurut saya sama sekali tidak masuk akal,” ujar alumni S2 Kajian  Stratejik Intelijen Universitas Indonesia tersebut.

Apalagi, dalam beberapa kali demo terakhir berakhir dengan suasana rusuh. Terjadi pembakaran, pelemparan batu dan konflik di lapangan.  “Akibatnya masyarakat menjadi jenuh dan antipati dengan demonstrasi, rakyat ingin suasana Indonesia yang sedang dilanda corona ini damai dan aman, ” kata Ridlwan.

Apalagi tanggal 28 Oktober nanti bertepatan sehari sebelum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. “Alangkah bijaknya jika tidak perlu berdemo namun diganti dengan acara-acara diskusi yang ilmiah dan mencerahkan, ” kata Ridlwan.

Mantan aktivis BEM UGM itu menilai para mahasiswa sudah cerdas dan pandai menilai situasi. “Jangan sampai adik-adik aktivis dimanfaatkan oleh segelintir orang yang punya motivasi lain dan justru tidak membela kepentingan rakyat, ” katanya. [KRG]