Ilustrasi korban Khmer Merah di Kamboja [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Pengadilan memutus dua pemimpin tertinggi Khmer Merah, Kamboja bersalah atas kejahatan genosida. Selama sekitar 40 tahun berkuasa di Kamboja, Khmer Merah dinyatakan membunuh seperempat penduduk negara itu.

Seperti yang dilaporkan Channel News Asia, kedua pemimpin Khmer Merah yang divonis melakukan kejahatan genosida itu adalah Khieu Samphan, 87 tahun, dan Nuon Chea, 92 tahun. Keduanya merupakan pemimpin senior Khmer Merah sejak 1975.

Pol Pot sebagai pemimpin nomor satu di Khmer Merah dituduh bertanggung jawab kematian 2 juta penduduk Kamboja yang sebagian bessar tewas karena kerja paksa, kelaparan, pembunuhan massal. Keputusan pengadilan pada Jumat (16/11) adalah yang pertama yang menyebutkan pembunuhan rakyat Kamboja itu sebagai kejahatan genosida.

Para terdakwa kasus tersebut divonis hukuman seumur hidup atas kejahatan kekerasan dan kerja paksa pada 1975. Di samping itu, pengadilan juga mampu membuktikan apa yang dilakukan Nuon Chea yang bertanggung jawab atas kematian kelompok minoritas etnis Vietnam dan Cham Muslim sebagai kejahatan genosida.

Nuon Chea melakukan tindakan itu atas keputusannya bersama dengan Pol Pot. Karena itu, Nuon Chea dinilai orang yang paling bertanggung jawab atas kejahatan itu. Seperti Nuon Chea, pengadilan juga memastikan Khieu Samphan bersalah karena melakukan pembunuhan terhadap etnis Vietnam walau tidak terlibat dalam pembunuhan Cham Muslim.

Keduanya lantas dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Sidang ini dihadiri puluhan kelompok Muslim Cham dan biarawan dari Budha.

Kelompok Khmer Merah ini oleh peneliti Barat acap menyebutnya sebagai kaum komunis atau pengikut Mao Tse Tung. Padahal, seperti yang diungkap Grover Furr dalam Who Is and Was Really Responsible for Genocide in Cambodia? rezim Pol Pot bukanlah kaum komunis. Bahkan berapapun jumlah yang tewas akibat kekejaman rezim Pol Pot itu sama sekali bukan perbuatan kaum komunis.

Mengutip penelitian yang dilakukan intelektual Barat, Furr mengatakan, Pol Pot secara terbuka menolak gagasan komunisme. Pol Pot, kata Furr, pernah mengatakan, Khmer Merah bukan komunis, hanya organisasi revolusioner. Seperti Furr, wartawan John Pilger menuliskan, Khmer dan Amerika Serikat punya hubungan “gelap” sehingga bisa mengantarkan organisasi tersebut menguasai Kamboja.

Amerika Serikat (AS) seperti di negara-negara lain, membiayai Khmer Merah dan aktif mendukung genosida. AS pada Januari 1980 secara diam-diam mendanai pasukan Pol Pot di perbatasan Thailand. Dana yang dikucurkan kepada Khmer Merah mencapai sekitar US$ 85 juta sepanjang 1980 hingga 1986. Itu terungkap antara lain adanya komunikasi antara Jonathan Winer dengan senator John Kerry dari Partai Demokrat. Di PBB pun, AS benar-benar mendukung Pol Pot. Jadi, masihkah kita percaya pada kebohongan yang disebarkan AS dan sekutunya soal komunis? [KRG]