Ilustrasi: Surono, penemu benih padi MSP (kanan) dan Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono/CHA

Koran Sulindo – Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, akan mengikuti acara panen raya padi Mari Sejahterakan Petani (MSP) di Indramayu, Jawa Barat, hari ini. Acara dilaksanakan di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan di mana terdapat kelompok tani yang menanam padi MSP dengan luas aera  lebih dari 10 hektare.

“Beliau akan melakukan panen perdana padi MSP,” kata Wakil Ketua DPD PDIP Jawa Barat, Ono Surono, Kamis (4/4/2019).

Dalam jumpa pers itu hadir juga Surono, petani  yang menemukan benih MSP.

Menurut Surono, padi itu ditemukan lewat proses uji coba yang lama. Awalnya dia tinggal di Lampung, dan mengumpulkan 181 varietas unggul lokal dari Sumatera. Proses seleksi selama 2 tahun lewat penanaman. Akhirnya Surono berhasil menemukan varietas unggulan, dan mengawinkan pejantan Rindu dengan betina di Sekam Kuning dan Sekam Putih.

Selama setahun dia melakukan berbagai uji termasuk umur, ketahanan kekeringan, kebutuhan air. Ditambah setahun lagi untuk uji coba tanam berulang kali. Setelah itu, hasilnya disilangkan lagi seterusnya, hingga akhirnya mendapat MSP sebagai yang terbaik.

Keunggulan benih MSP akan menonjol jika diikuti oleh kemampuan petani merawat dan menerapkan teknologi yang laik. Sehingga SDM petani menjadi salah satu prasyarat. Pada titik itulah dia merasa Kementerian Pertanian wajib menurunkan lebih banyak penyuluh yang rajin ke lapangan.

“Keunggulan itu di sumber daya manusia, bagaimana cara merawat tanah dan menerapkan teknologi yang layak untuk padi MSP,” ujarnya.

Sejauh ini, bila ditanam dengan baik, padi MSP menunjukkan hasil yang bagus. Di lahan gambut yang biasanya hasilnya hanya sekitar 3-4 ton perhektar, padi MSP bisa tembus di 8 ton di Kalimantan.

“Di Tuban tembus 14,8 ton perhektar,” kata Surono, yang kini banyak beraktivitas di Indramayu.

Ada yang menarik dari cerita Surono. Bahwa sebenarnya varietas unggul itu sudah ditemukannya sejak era Soeharto. Hanya saja temuannya tak diperhatikan. Sebab dirinya sudah dikenal sebagai simpatisan PDI.

“Sejak Pak Harto sudah ada. Tapi saya kan sekarang kader PDI Perjuangan. Di era Soeharto hanya 3 partai. Itu masa lalu lah ya. Tapi bagaimana caranya kita tidak mengulang kesalahan yang sama. Sejarah boleh kita tinggalkan itu,” ujarnya.

Hingga saat ini, Surono memilih tak mengomersilkan MSP. Dia bersedia berbagi benih asalkan yang memintanya adalah kelompok tani. [CHA/DAS]