Salah satu kandidat presiden Ameria Serikat yang juga mantan presiden negara Paman Sam yaitu Donald Trump mengalami teror penembakan ketika melakukan kampanye di Pennsylvania, Sabtu (13/7). Peristiwa penembakan terjadi kurang dari 4 bulan menjelang pemilihan umum di AS pada 5 November 2024.
Banyak spekulasi bermunculan bahwa penembakan terhadap Trump terkait dengan pemilu yang tinggal beberapa bulan lagi. Apalagi posisi Trump sedang naik ditengah publik meragukan kesanggupan presiden petahana Joe Biden untuk kembali bersaing melawan Trump.
Kejadian penembakan bermula saat Trump melakukan kampanye di hadapan ribuan pendukungnya di Pennsylvania. Dengan menggenakan kemeja putih Trump yang sedang menyampaikan pidatonya terlihat bersemangat membicarakan tentang isu imigran di AS.
Ketika waktu menunjukan 18.08 tiba-tiba terdengar suara tembakan. Pidato Trump terhenti lalu terdengar tembakan sebanyak empat kali. Terlihat Trump memegang telinga kanan yang terluka lalu berlindung di balik podium. Kemudian personil Pasukan Pengamanan Kepresidenan AS, Secret Service bergerak mengelilinginya. Pelaku penembakan dikabarkan seorang pemuda 20 tahun bernama Thomas Matthew Crooks yang tewas setelah terjadi baku tembak dengan pihak keamanan.
Tim penyidik mengakui belum mengetahui motif penembakan Trump, namun ada informasi terkait Crooks sang pelaku penembakan adalah pemilih Partai Republik dari wilayah Bethel Park, Pennsylvania.
Dalam pernyataannya, Presiden Biden turut mengecam penembakan brutal tersebut. Biden menyebut ini adalah kejadian yang menyakitkan. Biden juga meminta agar semua pihak tidak berspekulasi mengenai penembakan terhadp Trump.
Jelang pemilu AS
Pemilu AS akan berlangsung pada 5 November 2024 nanti, Presiden terpilih akan resmi memimpin mulai Januari 2025. Saat ini pemilu AS sudah memasuki tahap konvensi yang akan menentukan calon presiden yang akan ikut dalam pemilu.
Dalam pemilu pendahuluan bulan Maret lalu Presiden AS Joe Biden berhasil menjadi nominasi calon presiden Partai Demokrat, demikian juga mantan Presiden Donald Trump yang meraih nominasi capres Partai Republik. Keduanya sama-sama memperoleh cukup delegasi di sejumlah negara bagian.
Sistem politik AS didominasi oleh dua partai yaitu Partai Demokrat yang beraliran liberal dan Partai Republik yang berhalauan Konservatif. Meski begitu tidak tertutup juga adanya calon presiden independen ikut serta dalam pemilu.
Kontestasi pemilihan presiden di tahun 2024 ini diwarnai banyak kontroversi baik Trump dan Biden. Belum lama ini Trump divonis bersalah oleh pengadilan karena menggelapkan catatan bisnis terkait pembayaran uang tutup mulut kepada bintang film dewasa Stormy Daniels. Ia divonis melakukan 34 pelanggaran sebagaimana didakwakan oleh jaksa. Sinar politik Trump menuju pemilu 2024 sempat meredup setelah dia dinyatakan bersalah.
Sedangkan Joe Biden saat ini menurun popularitasnya akibat isu kesehatan sehingga banyak suara meminta Biden tidak lagi mencalonkan diri. Beberapa kali Biden terlihat ‘freezing’ atau diam terpaku selama beberapa saat ditengah mimbar dan baru kembali tersadar sekian waku kemudian. Bahkan catatan kunjungan dokter saraf ke Gedung Putih menguatkan kecurigaan Presiden AS itu mengidap penyakit Parkinson.
Pada debat kandidat presiden dengan Trump baru-baru ini, Biden juga terlihat kebingungan ditengah pembicaraan. Biden mengakui kekalahannya dalam debat sebagai akibat kelelahan setelah melakukan lawatan ke berbagai negara.
Sejumlah media AS juga menuliskan opini pentingnya Biden untuk tak mencalonkan diri lagi. Salah satunya kutipan dari The New York Times yang menuliskan kolom opini berjudul “Untuk Melayani Negerinya, Presiden Biden Lebih Baik Tak Mencalonkan Diri” Dalam opini tersebut, New York Times menuliskan Biden terlalu sembrono untuk mencalonkan diri lagi. Mereka menuliskan Trump patut mendapatkan lawan lebih baik dari calon Demokrat.
Biden sendiri sebenarnya belum resmi mendapatkan tiket dari Partai Demokrat untuk maju dalam Pemilihan Presiden AS. Capres resmi baru akan diumumkan dalam Konvensi Partai Demokrat pada 19 Agustus 2024 mendatang. Namun beberapa senator dari Partai Demokrat sudah berbalik arah dan meminta Biden tidak dicalonkan.
Jalan lapang untuk Trump melaju?
Peristiwa penembakan terhadap Trump Sabtu lalu bisa jadi salah satu faktor yang bisa mempengaruhi jalannya pemilihan presiden di AS November nanti. Setelah penembakan popularitas Trump terpantau meningkat. Pose Trump mengangkat tangan meneriakan ‘Fight’ saat terjadi penembakan menjadi ikonik dan terpampang pada berbagai media juga kaos-kaos warga Amerika Serikat.
Penembakan juga mejadi coreng bagi pemerintahan Biden yang dianggap gagal mengedalikan kekerasan di AS. Selama pemerintahan Biden, AS beberapa kali diguncang kejadian penembakan masal yang memakan ratusan korban jiwa.
Dalam jangka waktu pendek, serangan ini kemungkinan akan memperkuat posisi Trump. Apalagi kejadian itu berdekaan waktunya dengan Konvensi Nasional Partai Republik.
Bahkan Partai Demokrat juga mengakui kejadian tersebut dapat menguntungkan Trump secara politik.
“Percobaan pembunuhan ini menimbulkan simpati kepada Trump,” kata pakar strategi Partai Demokrat Brad Bannon, Senin (15/7).
Banon menyebut peristiwa itu bisa digunakan kubu Trump untuk memperkuat posisi mereka dalam kampanye melawan Joe Biden.
Meski Partai Demokrat sendiri tak yakin bahwa Joe Biden bisa mengalahkan Donald Trump dalam pemilu, namun Biden bersikukuh bahwa dirinya siap untuk dipilih kembali. Ketika ia ditanya apakah dia akan mundur sebagai calon presiden , Biden berkata “Jika Tuhan yang maha kuasa berkata seperti itu ke Saya, mungkin Saya akan melakukannya”.
Sekali lagi bandul politik AS bergerak ke arah yang menguntungkan bagi Trump. Namun perjalanan masih panjang, masih ada empat bulan lagi bagi masyarakat AS menentukan pilihan. [NUR]