Kemajuan teknologi memberikan banyak manfaat bagi manusia, seperti memudahkan akses informasi dan meningkatkan produktifitas. Namun kecanggihannya juga memicu penyebaran hoax dan misinformasi.
Sebuah penelitian terbaru mengungkap bagaimana berbagai faktor demografi dan psikologis membentuk kemampuan individu untuk menilai keakuratan berita. Hasilnya mengungkap tipe orang yang mudah termakan hoax.
Penelitian ini dipimpin oleh Mubashir Sultan, seorang kandidat doktor di Pusat Rasionalitas Adaptif, Institut Max Planck untuk Pengembangan Manusia. Sultan dan rekan-rekannya menganalisis 256.337 keputusan yang dibuat oleh 11.561 peserta, yang usianya berkisar antara 18 hingga 88 tahun, dengan pendekatan meta-analisis. Para peserta diminta untuk menilai apakah suatu berita merupakan berita benar atau hoax.
Tim peneliti kemudian menghubungkan respons peserta dengan empat faktor demografi, yaitu usia, gender, pendidikan, dan identitas politik, serta empat faktor psikologis meliputi pemikiran analitis, bias partisan, refleksi termotivasi, dan keakraban dengan berita.
Empat Faktor Demografi
Merangkum dari jurnal ilmiah Mubashir Sultan yang diterbitkan di ResearchGate pada Mei 2024, literatur sebelumnya menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua mengunjungi lebih banyak situs web berita berkualitas rendah dan menyebarkan lebih banyak hoax dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda.
Namun, penelitian Sultan menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua umumnya menilai kebenaran berita lebih baik dari orang dewasa yang lebih muda. Oleh karena itu, bertambahnya usia dikaitkan dengan kemampuan membedakan yang lebih baik.
Dari segi gender, satu literatur pernah menyebut kemampuan partisipan perempuan dalam menilai kebenaran berita lebih buruk daripada partisipasi laki-laki. Penelitian Sultan menemukan bahwa peserta perempuan justru lebih mampu mengklasifikasikan berita sebagai hoax daripada peserta laki-laki.
Selanjutnya, pendidikan tinggi sering dianggap melindungi seseorang dari misinformasi, dengan asumsi bahwa perguruan tinggi mengajarkan pemikiran kritis. Penelitian Sultan mendapati bahwa tingkat pendidikan tidak memberi pengaruh yang kredibel terhadap kemampuan membedakan berita bohong dan berita yang benar. Artinya, orang berpendidikan tinggi dan orang berpendidikan rendah sama-sama dapat termakan hoax.
Terkait identitas politik, penelitian Sultan mengungkap bahwa para pendukung partai Republik di Amerika Serikat cenderung menilai hoax sebagai berita yang benar. Artinya, mereka memiliki akurasi keseluruhan yang lebih rendah saat membedakan berita asli dari yang palsu. Sebaliknya, para pendukung partai Demokrat lebih skeptis dan memiliki akurasi yang sedikit lebih tinggi.
Empat Faktor Psikologis
Penelitian Sultan mengungkap individu dengan keterampilan berpikir analitis yang lebih tinggi cenderung lebih mampu membedakan hoax dengan berita yang benar. Ini karena mereka memiliki karakter yang lebih baik, misalnya kehati-hatian.
Namun dari segi kongruensi ideologis, para peserta yang memperoleh skor lebih tinggi dalam keterampilan berpikir analitis lebih rentan terhadap bias partisan: mereka cenderung menilai berita yang salah sebagai benar jika berita tersebut selaras dengan sikap ideologis mereka. Ini dapat mewakili motivasi mereka dalam membaca suatu berita.
Dengan kata lain, alih-alih menggunakan keterampilan kritis mereka untuk melampaui keyakinan pribadi, mereka sering kali menggunakan kemampuan penalaran mereka untuk mempertahankan identitas politik mereka.
Terakhir, peserta penelitian lebih cenderung melabeli berita yang familiar sebagai berita benar. Temuan ini menyoroti bahaya dari paparan yang berulang, terutama di media sosial. Baik berita yang akurat maupun hoax dapat beredar luas secara berulang, membuat para pengguna semakin kesulitan membedakan keduanya.
Cara Melindungi Diri dari Hoax
Kita dapat melindungi diri sendiri dan orang lain dari hoax dengan sejumlah cara. Pertama, perhatikan dari mana suatu informasi atau berita berasal. Jika Anda mendapatkannya dari media sosial, periksa sumber aslinya.
Saat mengakses situs berita dan artikel, bacalah isinya sampai habis dan tidak hanya judulnya. Kemudian, periksa sumbernya dan perhatikan bagaimana sumber tersebut disertakan. Dan biasakanlah diri Anda untuk membaca dari beragam sumber. Ini penting untuk mengonfirmasi kebenaran isi berita dan artikel.
Terakhir, jika Anda melihat teman atau keluarga Anda membagikan hoax, koreksilah mereka dengan baik. Beri mereka informasi dari sumber terpercaya dan jangan hina tingkat kecerdasan mereka. [BP]