Koran Sulindo – Sampai sekarang, untuk memastikan kanker atau bukan, dunia medis masih memerlukan beberapa tahapan. Mungkin, tak lama lagi, tahapan-tahapan itu bisa dikurangi. Karena, Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI), Siti Nurul Aisiyah Jenie, kini tengah mengembangkan tes deteksi dini kanker.
Untuk idenya itu, Ais meraih perhargaan L’Oreal-UNESCO for Women in Science National Fellowship Awards 2017 untuk kategori material science. Dia mengajukan proposal untuk ajang tersebut dengan judul “Pengembangan Nanopartikel Berfluoresens Berbasis Silica Alam Indonesia untuk Bioimaging Optik”.
Dijelaskan Ais, dengan alat yang ia ciptakan, masyarakat akan bisa melakukan deteksi awal kanker sebelum menjalani pemeriksaan di laboratorium kesehatan. Hasil dari pengujian dengan alat tersebut kemudian ditunjukkan ke petugas medis untuk diberi tindakan lanjutan.
Sekarang ini, ia sedang melakukan pengujian sensitivitas material silika yang ia pergunakan untuk alat tes kanker sejak dini-nya. Silika itu tersintesis sehingga menjadi nanopartikel dan diubah menjadi bersifat fluoresens atau bercahaya.
Rencananya, Ais akan menguji selektivitas marker dari kanker. “Ketika dites di badan, prinsipnya on-off gitu. Kalau ditaruh pada tubuh orang terkena kanker, alat ini akan menyala. Kalau tidak glowing, itu artinya tidak ada sel kanker,” kata Ais pada acara “Peringatan Hari Perempuan Internasional” di Jakarta, 8 Maret 2018 lalu.
Ais menginginkan alat temuannya itu kelak berbentuk seperti test pack untuk kehamilan.. Dengan begitu dapat dengan mudah dibeli di apotek atau toko obat. “Jadi, bisa digunakan kalangan medis dan non-medis. Targetnya sih untuk orang non-medis. Bentuknya dibikin seperti test pack,” tutu alumni Universitas South, Australia itu.
Ais awalnya prihatin karena penyakit kanker menjadi beban masyarakat, terutama perempuan, yang kini semakin banyak mengidap kanker serviks dan kanker payudara. Apalagi, diperkirakan, kasus kanker meningkat hingga 70% hingga tahun 2030.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2003, kanker adalah penyebab kematian kedua terbesar setelah penyakit jantung di negara berkembang,. Fakta lain: 33% dari pasien yang terdiagnosa kanker sudah berada pada stadium III. [RAF]