Kurikulum SMK harus berbasis pada program based learning. (foto/tkjsmkn1purwodadi.blogspot.co.id

Koran Sulindo –Presiden Joko Widodo mendesak pendidikan Indonesia mesti diubah total dengan membuang jauh-jauh pendekatan yang rutin dan normatif.

Dengan tantangan yang berbeda, anak-anak harus dihadapkan pada problem terkini. Bukan rutinitas.

Belajar dari problem-problem aktual, siswa didorong menyelesaikan sekaligus menawarkan solusi persoalan bangsa. Jokowi menyebut pentingnya inovasi dan riset ilmiah.

“Riset harus diperbesar, harus kita kejar agar konkret dan riil sesuai kebutuhan masyarakat dan dunia usaha,” kata Jokowi dsaat berbicara pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2017 di Jakarta Convention Center awal pekan ini.

Menurut Jokowi, inisiatif itu sudah dimulai di kementerian pendidikan dengan mengubah mindset.

Program berdasarkan pembelajaran bisa dilakukan dengan mengajak anak-anak ke lapangan sekaligus dihadapkan pada tantangan. Siswa diajari mengenali problem-problem dan menyelesaikan masalah sekaligus mencari solusi. Bukan hanya dijejali dengan hapalan-hapalan.

Jokowi menambahkan, salah satu strategi harus dikerjakan dengan cepat adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan mutu vokasi, training vokasi, sekolah menengah kejuruan dan politeknik.

“Hanya memang perombakannya harus besar-besaran, 60 persen tenaga kerja kita berlatar belakang SD sampai SMP,” kata Jokowi.

Selama ini, sekolah menengah kejuruan hanya diisi tenaga-tenaga pendidik normatif. Padahal, untuk mengembangkan bakat dan minat siswa-siswi SMK setidaknya 80 persen guru harus memiliki kualifikasi ahli kejuruan. “Guru keterampilan, guru yang bisa menjadi pelatih bagi anak-anak kita untuk memperkuat skill mereka,” kata Jokowi.

Tak hanya menyoal sekolah kejuruan, Jokowi mendesak perguruan tinggi harus memperbaharui program-program pendidikannya. Perguruan tinggi dikritik karena lebih dari 30 tahun ajek ini dan tidak berubah.

Perguruan tinggi tak pernah mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan baru seperti fakultas ekonomi digital, logistik, retail management atau bahkan jurusan toko online.

“Dunia sudah berubah, masa jurusannya akuntansi, manajemen pembangunan, dunia sudah berubah cepat sekali. Ya kalau kita nggak mau berubah ya ditinggal jaman,” kata Jokowi.

Jokowi menambahkan, kebijakan ekonomi Indonesia harus berorientasi masa depan dengan  mengandalkan inovasi dan teknologi. Persaingan ketat dan perubahan di era globalisasi menuntut Indonesia bergerak lebih cepat dan lebih lincah agar tidak kalah bersaing.

“Banyak parameter yang berubah, banyak model bisnis baru. Saat ini saja, kita ramai masalah daya beli. Kita enggak sadar banyak model bisnis baru, sehingga pola konsumsi berubah,” kata Jokowi.

Dia mencontohkan, saat ini masyarakat gandrung berbelanja online dibanding berbelanja di toko atau mal. Tak cuma itu, pola konsumsi masyarakat juga beralih ke sektor pariwisata.

Menurut Jokowi, perubahan yang cepat dan ketidakpastian inilah yang mesti dipahami seluruh pemangku kepentingan.

“PR-nya masih banyak, mereformasi struktural kita tidak mudah, misalnya saat ini kita memiliki 42 ribu regulasi aturan yang menjerat kita sendiri. Saya sudah titip ke DPR, enggak usah banyak bikin undang-undang, nambah ruwet,” kata Jokowi. [TUG]