UFO, atau unidentified flying object, barangkali selama ini hanya dianggap sebagai bagian dari dunia fiksi ilmiah, seperti muncul dalam film, cerita-cerita misteri, hingga teori konspirasi yang terus berkembang.
Hingga hari ini, belum ada bukti ilmiah yang dapat membuktikan secara akurat keberadaan kehidupan lain di luar Bumi, apalagi kemunculan alien yang menampakkan diri secara langsung. Namun, sejarah mencatat bahwa pada 24 Juni 1947, dunia pertama kali diguncang oleh laporan penampakan benda asing yang tak dikenal di langit sebuah peristiwa yang menjadi titik awal lahirnya fenomena UFO dalam budaya populer modern.
Dikutip dari situs History dan Wired, Kenneth Arnold, seorang pilot sipil berpengalaman dengan lebih dari 9.000 jam terbang, yang mengawali segalanya. Seusai Perang Dunia II masa ketika teknologi penerbangan dan roket mulai berkembang pesat Arnold tengah menjalankan misi pencarian pesawat milik Korps Marinir Amerika Serikat yang hilang di kawasan Pegunungan Cascades, tepatnya di sekitar lereng barat daya Gunung Rainier, Washington. Saat itu, ia bersama rekannya menerbangkan pesawat DC-4, menyisir langit pada ketinggian sekitar 2.804 meter.
Pencarian mereka tidak membuahkan hasil. Tidak ada jejak pesawat jatuh yang ditemukan. Namun saat melanjutkan perjalanan pulang, sesuatu yang luar biasa terjadi. Kenneth Arnold tiba-tiba melihat sembilan objek terbang berkilauan, bergerak cepat dan berjejer rapi di langit menuju Gunung Rainier.
Awalnya ia mengira hampir bertabrakan dengan pesawat lain, tetapi setelah diperhatikan lebih seksama, benda-benda itu tampak tak memiliki ekor seperti pesawat pada umumnya, dan bergerak dengan kecepatan tinggi—diperkirakan mencapai 1.931 kilometer per jam.
Benda-benda terbang itu juga memiliki gerakan unik, seolah “melompat-lompat seperti piring yang dilempar ke permukaan air”. Ucapan Arnold inilah yang kemudian menjadi dasar kemunculan istilah “flying saucer” atau piring terbang, yang populer hingga kini sebagai representasi visual UFO dalam budaya massa.
Laporan Arnold segera menyebar luas. Masyarakat Amerika Serikat geger. Media ramai memberitakan, berbagai spekulasi bermunculan—ada yang mencibir sebagai imajinasi liar semata, namun tak sedikit yang meyakini bahwa itu adalah bukti awal kedatangan makhluk luar angkasa.
Pemerintah Amerika Serikat pun tak tinggal diam. Laporan tersebut menarik perhatian Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) yang kemudian meluncurkan penyelidikan rahasia bernama Operation Sign.
Dalam penyelidikan awal itu, pihak militer tidak menemukan indikasi adanya uji terbang resmi pada waktu kejadian. Namun, mereka membuka kemungkinan bahwa benda-benda yang dilihat Arnold bisa saja merupakan bagian dari teknologi rahasia milik Uni Soviet—musuh ideologis Amerika saat itu. Alternatif lain yang dikemukakan adalah bahwa Arnold mungkin hanya melihat fenomena optik alam seperti fatamorgana.
Proyek penyelidikan terus berganti nama dan bentuk. Operation Sign berubah menjadi Project Grudge pada 1949, dan akhirnya berkembang menjadi Project Blue Book (Buku Biru), yang aktif hingga tahun 1969.
Dari proyek ini, Angkatan Udara Amerika mencatat lebih dari 12.000 laporan penampakan UFO selama periode penyelidikan. Namun, mayoritas kasus itu akhirnya diklasifikasikan sebagai fenomena alam biasa, kesalahan persepsi, atau kegiatan manusia yang bisa dijelaskan secara ilmiah.
Meski tidak menghasilkan bukti kuat tentang kehadiran makhluk luar angkasa, insiden pada 24 Juni 1947 tetap dikenang sebagai awal mula era UFO modern. Ia bukan hanya membuka lembaran baru dalam ranah penyelidikan udara, tetapi juga menandai dimulainya babak baru dalam budaya populer global yang terus bertanya-tanya Apakah kita sendirian di alam semesta ini?
Hingga kini, kisah Kenneth Arnold dan penampakan UFO di Gunung Rainier menjadi legenda tersendiri. Ia tetap membekas sebagai cerita yang berada di antara fakta dan mitos, antara sains dan spekulasi sebuah pengingat bahwa langit selalu menyimpan misteri yang tak mudah dijawab oleh manusia. [UN]




