Pemilu Afsel, Bekas Partai Nelson Mandela Diperkirakan Tetap Menang

Pemilihan umum Afrika Selatan Mei 2019 [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Pada suatu pagi di Mei 2019. Antrean panjang mengular di tempat pemilihan suara (TPS) di Afrika Selatan. Di beberapa tempat di Johannesburg bahkan TPS terlambat dibuka dan ketiadaan surat suara.

Afrika Selatan mengadakan pemilihan umum (pemilu) anggota legislatif di pusat dan daerah. Pemilu kali ini merupakan yang terberat bagi African National Congress (ANC) dalam 25 tahun terakhir.

Seperti dilaporkan teleSUR pada Rabu (8/5), ANC menghadapi penurunan suara saban tahun lantaran berbagai hal. Beberapa di antaranya karena masyarakat frustasi atas kasus korupsi yang marak dan diskriminasi ras yang kian parah sejak partai ini berkuasa kali pertama di Afrika Selatan.

Pejabat yang berwenang menyebutkan hasil pemilu kali ini akan diumumkan pada Sabtu nanti. Ini merupakan pemilu nasional digelar di bawah Presiden Cyril Ramaphosa yang menggantikan Jacob Zuma yang dilanda skandal korupsi. Karena kasus it, Ramaphosa didapuk menggantikan Zuma pada Februari 2018, setelah 4 tahun menjadi Wakil Presiden Afsel.

Hasil survei menunjukkan ANC diperkirakan akan kembali memenangi kursi mayoritas dari 400 kursi di Majelis Nasional. Kendati demikian, suara ANC diperkirakan akan turun. “Saya anggota ANC, tapi saya tidak memilih mereka kali ini,” kata Thabo Makhene, 32 tahun, buruh bangunan di pusat perbelanjaan Johannesburg.

“Mereka perlu bangkit. Mereka salah dalam mengelola negara, terutama dalam hal keuangan. Mereka telah kehilangan moral.”

Pete Mokokosi, pensiunan berusia 77 tahun, mengatakan, masyarakat Afrika Selatan membutuhkan perubahan ekonomi, pendidikan dan pekerjaan yang layak. Berbeda dengan Mokokosi, Alpheus Zihle, 69 tahun, seorang pensiunan memastikan akan tetapi memilih ANC. Ia beralasan, masyarakat belum punya pilihan lain selain orang-orang ANC.

ANC menghadapi persaingan ketat dari Democratic Alliance (DA) dan Economic Freedom Fighters (EEF). Ini merupakan partai oposisi utama di Afrika Selatan. Analis menilai penurunan suara ANC disebabkan karena kasus korupsi, melambatnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat pengangguran dan tuntutan reforma agraria sejati dari kaum tani kulit hitam.

Ramaphosa yang memimpin ANC berjanji akan meningkatkan kesejahteraan, menciptakan lapangan kerja dan memberantas korupsi. Tetapi, janjinya itu tak kunjung terlaksana karena perpecahan dan perlawanan dari faksi lain di ANC.

Pertumbuhan ekonomi paling tinggi di Afrika Selatan hanya mencapai 0,8 persen pada 2018. Itu setelah resesi melanda negara itu. Pada tahun ini pertumbuhan diperkirakan tumbuh menjadi 1,5 persen.

Atas fakta itu, pemimpin EEF, Julius Malema mengajaka masyarakat untuk memilih partainya apabila ingin ada perubahan. EEF mendapat sekitar 6 persen suara pada 2014 sehingga menjadikannya sebagai suara terbesar ketiga di parlemen. Partai ini membawa program nasionalisasi pertambangan dan bank serta menuntut Zuma bertanggung jawab atas dugaan korupsi. [KRG]