PADA 14 DESEMBER itu juga, mantan Menteri Koodinator Bidang Maritim Rizal Ramli mengatakan di Jakarta, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan lebih tinggi dari 5% di tengah kebijakan pengetatan ekonomi seperti yang dilakukan sekarang ini. “Jangan bermimpi,” ujar Rizal Ramli.

Kendati demikian, ia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dipacu lebih tinggi, bahkan bisa mencapai 6,5%, jika pemerintah melakukan terobosan, yang ia sebut sebagai growth story. Caranya harus bikin growth story, yaitu cara inovatif. Jadi, jangan melakukan pengetatan keuangan, tetapi malah harus diperlonggar,” tuturnya. Cara seperti itu pernah berhasil menyelamatkan PLN dari ancaman kebangkrutan, tanpa menambah utang.

Lalu apa langkah yang ditawarkan Rizal Ramli untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia? Pertama: memperlonggar anggaran atau belanja pemerintah. Kedua: memompa fiskal dengan menggunakan dana non-APBN.

Langkah ketiga: memompa bisnis ritel dengan cara meningkatkan kredit. Menurut Rizal Ramli, pertumbuhan kredit harus mencapai 15% sampai 17% sehingga bisa menggerakkan roda perekonmian rakyat.

Selama ini, mayoritas kredit menjangkau golongan perusahaan besar, yakni mencapai 73%. Sebesar 17% menjangkau perusahaan skala menengah dan skala kecil. Sisanya baru golongan kelas menengah ke bawah. “Kenapa pola ini tidak digeser [lebih banyak untuk golongan kelas menengah ke bawah],” tuturnya.

Langkah keempat yang ditawarkan Rizal Ramli adalah mengganti impor dengan sistem tarif, bukan sistem kuota. Ini bisa mengurangi kartel yang menyebabkan tingginya harga barang impor.

Jadi, intinya: pemerintah harus berani melakukan terobosan dalam mengambil kebijakan. Tidak bisa hanya dengan langkah yang biasa-biasa saja. [PUR]