EKONOM DARI UNIVERSITAS INDONESIA, Faisal Basri, juga menilai ekonomi Indonesia layu sebelum merekah. Keseimbangan perekonomian Indonesia turun terus dari 8% menjadi 7%, lalu 6%, dan terakhir 5%. “Perekonomian Indonesia tidak pernah lagi tumbuh dua digit atau sekadar mendekati dua digit sekalipun,” tulis Faisal dalam blog-nya 9 Desember 2017 lalu.

Padahal, tambahnya, Indonesia masih berada di aras pendapatan per kapita rendah. “Kita sangat lama berkubang di kelompok negara berpendapatan rendah dan sekarang baru masuk ke kelompok negara berpendapatan menengah-bawah. Perekonomian kita belum kunjung mengalami take off dan belum sempat menjadi negara industri tetapi peranan sektor industri sudah menurun atau mengalami premature deindustrialization,” katanya.

Tahun 2016, produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia baru mencapai US$ 3.570, sedangkan pendapatan nasional kotor per kapita US$ 3.400. “Tingkat kesejahteraan rerata penduduk Indonesia semakin tertinggal dengan negara-negara tetangga, padahal pada titik awal perjalanan pembangunan arasnya hampir sama,” ungkap Faisal Basri.

Sumber masalahnya, menurut pandangan Faisal, fondasi ekonomi Indonesia lemah. Tahapan pembangunan di Indonesia dijalankan secara melompat, tanpa kesinambungan. “Kita tak sabar membangun satu batu bata demi satu batu bata untuk menghasilkan fondasi yang kukuh. Kita hendak melompat ke fase lebih tinggi seperti lompatan katak, tetapi tidak berhasil. Menempuh cara melompat memang berisiko tinggi, rentan terpeleset dan patah tulang kaki dan badan bisa remuk,” kata Faisal.

Mungkin itu sebabnya juga, dalam tiga tahun jalannya pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, baru 4 Proyek Strategis Nasional (PSN) yang telah rampung dari total 245 PSN. Tiga proyek di antaranya adalah Pos Lintas Batas Negara (PLBN) dengan investasi Rp 415 miliar, sedangkan satu proyek lainnya adalah jalan tol akses Tanjungpriok-Jakarta senilai Rp 6,7 triliun.

“Hingga akhir November 2017, capaian pembangunan infrastruktur yang masuk dalam daftar PSN, yaitu sebanyak 4 proyek telah selesai, 147 proyek dalam tahap konstruksi, 9 proyek dalam tahap transaksi, dan 87 proyek dalam tahap penyiapan,” demikian keterangan tertulis Kementerian Koordinator Perekonomian yang dirilis pada 14 Desember 2017.