Demi menghormati penyelenggaraan pemilihan umum 2024 yang akan berlangsung serentak 14 Februari 2024, pemerintah menyetop sementara penyaluran bantuan pangan beras atau bansos beras.
Menurut Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, penghentian sementara penyaluran bantuan pangan beras ini untuk menghargai tahapan pemilu dan menghindari adanya dugaan politisasi bansos pada saat hari tenang pemilu.
“Bantuan pangan beras akan dihentikan sementara untuk menghormati Pemilu dan pemuktahiran data. Sekali lagi, ini karena memang tidak ada politisasi bantuan pangan,” ungkap Arief dalam keterangannya, Rabu (7/2).
Setelah Pemilu, proses distribusi bantuan pangan beras rencananya akan kembali dilakukan pada 15 Februari mendatang sehari setelah Pemilu 2024 berlangsung.
Pemerintah meminta agar Bulog mengoptimalkan penyaluran sebelum masa tenang dan pasca pemungutan suara serta mengkoordinasikan dengan dinas urusan pangan di tingkat provinsi dan kabupaten kota.
“Kami tegaskan kembali, bantuan pangan ini sebenarnya bukan hanya jelang pemilu. Bantuan pangan ini tentunya dilakukan oleh pemerintah, jadi negara itu hadir di saat memang diperlukan. Agendanya juga tidak mengikuti agenda politik, tetapi memang sesuai dengan kebutuhan,” kata Arief.
Adapun, hingga saat ini realisasi bantuan pangan beras sampai 6 Februari telah menyentuh angka 179.149.760 kilogram (kg). Rencananya program bantalan ekonomi masyarakat ini akan dilaksanakan sampai Juni mendatang.
“Bapak Presiden juga sudah menyampaikan secara terpisah, kalau memang ini harus dihentikan sementara, ya memang harus dihentikan sementara, sehingga tidak terjadi polemik bahwa bantuan pangan ini dipolitisasi,” ujar Arief.
Sementara Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) tengah mempersiapkan bantuan pangan berupa beras dan jagung untuk bulan Maret mendatang.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menyatakan persiapan pihaknya bersama BUMN pangan dalam menyambut panen di Maret. Ia memastikan kesiapan BUMN pangan untuk berperan sebagai offtaker.
“Untuk persiapan panen bulan Maret, itu proyeksinya 3,51 juta ton beras. Kemudian jagung 1,9 juta ton. Kita siapkan MRMP (Modern Rice Milling Plant), CDC (Corn Drying Center), dryer (pengering), di on kan semua,” ujar Arief dalam keterangan resminya, Rabu (7/2).
Pemerintah, kata dia, berjanji akan menjaga harga di tingkat petani supaya tidak jatuh. Misalnya beras, nanti kalau saat panen mulai meninggi lalu harga gabahnya masih Rp 5.500 sampai Rp 6.000, itu dinilai sudah cukup baik. [DES]