Koran Sulindo – Setelah masyarakat sulit mendapatkan pasokan premium di berbagai stasiun pengisian bahan bakar wilayah Jabodetabek, Presiden Joko Widodo pada akhirnya bersuara. Kepada PT Pertamina, ia memerintahkan agar pasokan premium jangan dikurangi.
Pernyataan Jokowi itu disampaikan lantas ditindaklanjuti Kementerian ESDM sebagai regulator dengan mengirimkan surat kepada Pertamina. Menurut Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, pesan Jokowi jelas: jaga ketersediaan premium untuk masyarakat. Kementerian ESDM, kata Arcandra, bertugas memantau pelaksanaannya oleh Pertamina.
Pengurangan pasokan premium disebut Arcandra sebagai aksi korporasi Pertamina. Itu sebabnya, ia kemudian membicarakan hal tersebut dengan Direktur Utama PT Pertamina Elia Massa Manik. Elia berjanji akan segera menyelesaikan persoalan tersebut.
“Datanya sedang dievaluasi. Seperti kata presiden, pasokan premium perlu dijaga,” tutur Arcandra seperti dikutip CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Kendati dalam rapat terbatas itu juga menghadirkan Elia, namun ia merasa enggan untuk menjelaskan minimnya pasokan premium di berbagai tempat. Ia bahkan membantah adanya kekosongan stok premium belakangan ini dan mempertanyakan data tentang hal itu.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah menetapkan kuota bahan bakar minyak untuk luar Jawa, Madura dan Bali pada 2018 sebesar 7,5 juta kiloliter. Angka ini memang menurun dari kuota yang ditetapkan pada tahun lalu yang mencapai 12,5 juta kiloliter.
Soal kebijakan tersebut, Elia memastikan Pertamina bekerja sesuai dengan aturan. Bahkan perusahaan ini sedang berdiskusi intensif dengan pemerintah mengenai masa depan Pertamina. Ia memastikan Pertamina sepenuhnya bekerja berdasarkan arahan pemerintah.
Soal kelangkaan pasokan premium mulanya ditiupkan oleh Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas. BPH Migas juga menekankan tentang keuntungan Pertalite yang jauh lebih besar ketimbang keuntungan berjualan premium. Karena perbedaan angka keuntungan itu, pom bensin disebut lebih memilih menyalurkan pertalite ketimbang premium.
Soal ini, lagi-lagi Elia tidak mau menjawabnya. Ia lebih memilih diam. [KRG]