Koran Sulindo –Volodymyr Zelensky seorang komedian yang berperan sebagai presiden dalam sebuah drama televisi, mengalahan petahana Petro Poroshenko dalam pemilihan presiden di Ukraina.
Zelensky menang mutlak dengan perolehan suara mencapai 73 persen.
Poroshenko langsung mengakui kekalahannya dari Zelensky setelah hasil exit poll putaran kedua yang ditayangkan televisi nasional Ukraina, Ukrinform, pada hari Minggu (21/4) waktu setempat menunjukkan 73,2 persen suara diraup Zelensky dan 25,3 persen suara diraup dirinya.
Dalam pemilihan presiden putaran pertama pada 31 Maret lalu, Zelenksy juga meraih keunggulan atas Poroshenko dan belasan kandidat capres lainnya. Saat itu, Zelensky meraup 30 persen suara dan Poroshenko hanya meraup 16 persen suara.
Kemenangan Zelensky Poroshenko menjadi bukti kekecewaan mendalam para pemilih pada pemerintahan Poroshenko yang marak dengan praktik korupsi dan jebloknya perekonomian nasional.
Di hadapan pendukungnya setelah hasil exit poll dirilis, Zelenksy berjanji tidak akan mengecewakan rakyat Ukraina yang telah memilihnya.
“Saya tidak akan mengecewakan Anda semua,” kata dia. “Saya belum menjadi presiden secara resmi. Tapi sebagai seorang warga negara Ukraina, saya bisa mengatakan kepada semua negara pasca-Uni Soviet: Lihatlah kami. Apapun mungkin terjadi!” kata Zelensky.
Membintangi serial TV berjudul Servant of the People komedian berusia 41 tahun itu sekarang mengambil alih kendali Ukraina, negara berpenduduk 45 juta orang yang tengah menghadapi tantangan ekonomi maupun keamanan.
Dalam serial tersebut, Zelensky memainkan lakon seorang guru yang miskin dan secara tidak diduga menjadi presiden Ukraina. Karakter Zelensky dalam serial itu dikisahkan menjadi terkenal usai melontarkan keluhan penuh kemarahan soal korupsi yang direkam dan diposting murid-muridnya ke media sosial.
Dalam kehidupan nyata, Zelensky memiliki perusahaan entertainment yang ditaksir bernilai puluhan juta dolar AS. Kisah karakter yang diperankan Zelensky itu menjadi kenyataan ketika Zelensky, yang tidak punya pengalaman politik ini, mengumumkan pencalonannya pada malam Tahun Baru lalu.
Zelensky menyampaikan pencalonannya saat berbicara melalui saluran televisi 1+1 yang menyiarkan serial televisinya.
Kala itu lawan-lawan politiknya menganggap pencalonan itu sebagai lelucon.
Kemenangan Zelensky diperkirakan akan membuka babak baru sejarah Ukraina yang selama dua dekade terakhir terperosok dalam kesulitan ekonomi serta konflik separatis di wilayah timur.
Sepanjang masa kampanye kedua belah pihak terlibat dalam saling kritik yang sengit.
Semula dukungan bagi Zelenksy dianggap sebagai ‘suara protes’ yang segera menggenjot popularitasnya seiring dengan memudarnya keyakinan pada pemerintahan Poroshenko.
Poroshenko yang menjabat Presiden Ukraina sejak tahun 2014 yang fokus pada platform patriotik militan yang berseberangan dengan mayoritas rakyat Ukraina yang secara umum mengaku lelah menghadapi perang proxy melawan Rusia selama 5 tahun terakhir.
Sebelum menjabat Presiden Ukraina, Poroshenko adalah seorang miliarder yang mengandalkan dukungan pemilih tradisional. Ia menggunakan stasiun televisi secara masif untuk meliput secara luas penampilannya.
Dalam kampanye terakhirnya, Poroshenko mengajukan permohonan kepada pemilih agar berpikir dua kali sebelum mendukung saingannya.
“Masa jabatan lima tahun presiden bukanlah komedi yang bisa dengan mudah Anda matikan jika tidak lagi lucu,” kata dia di di Facebook. “Juga bukan film horor yang dapat dengan mudah dihentikan.”
Zelensky sendiri sejauh ini tak terlalu mengungkapkan program-programnya dan hanya menawarkan sedikit detail soal kebijakan-kebijakan konkretnya. Dia juga terkesan menghindar untuk menyampaikan pandangan-pandangannya secara publik, dengan menghindari wawancara besar dan hanya menggelar sedikit konferensi pers.
Meskipun Zelensky tidak pernah mengungkapkan secara detail soal tujuan kebijakan-kebijakannya, dalam kampanyenya ia mengaku bersungguh-sungguh untuk memulai dari awal tanpa prasangka dan janjinya untuk memerangi korupsi juga oligarki. [TGU]