Pelantikan Tito sebagai Kapolri pada HUT Bhayangkara Nanti

Tito karnavian ketika menengok situs pemboman teroris di Jalan Thamrin Jakarta/Tribratanews.com

Koran Sulindo – Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menyetujui penunjukan Komisaris Jenderal Polisi Tito Karnavian sebagai Kapolri baru menggantikan Jenderal Pol Badrodin Haiti, Kamis (23/6)

“Alhamdulillah, DPR setuju,” kata Tito, usai menjalani Fit and Proper Test di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta.

Kapolri baru itu akan dilantik usai upacara peringatan hari ulang tahun Bhayangkara ke-70 di Lapangan Bhayangkara Polri, Jumat (1/7) nanti.

Dari 10 fraksi yang ada di Komisi III, seluruhnya setuju Komjen Pol Tito Karnavian menggantikan Jenderal Pol Badrodin Haiti. Kepala BNPT itu dinilai memiliki kapabilitas dan integritas untuk memimpin Korps Bhayangkara. Apalagi, mantan Kapolda Metro Jaya itu dinilai mampu membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Yang dapat dijadikan modal kuat dalam memimpin.

Selain itu, Anggota Komisi III juga menyepakati pemberhentian dengan hormat Jenderal Pol Badrodin Haiti dari jabatan Kapolri.

Proses uji ini melalui dua tahapan, yaitu penelusuran rekam jejak dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) serta kunjungan Komisi III DPR ke kediaman Tito. Dari hasil tahapan dua seleksi tersebut, mayoritas fraksi bulat mendukung mantan Kapolda Papua tersebut.

Dalam uji kepatutan itu calon tunggal Kapolri itu banyak dicecar pertanyaan soal penanganan kasus terorisme dalam uji kepatutan dan kelayakan itu.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sekarang itu menjelaskan terdapat dua pendekatan yang dilakukan dalam menangani perseoalan terorisme: soft approach (pendekatan lembut) dan hard approach (pendekatan keras). Pendekatan lembut dilakukan dengan negosiasi politik, pembangunan ekonomi, dan kontra ideologi. Sementara pendekatan keras dilakukan dengan pengerahan intelijen, pengerahan militer, dan penegakan hukum.

Di Indonesia, menurut mantan Kapolda Metro Jakarta Raya ini, pendekatan keras dilakukan dengan strategi penengakan hukum atau proses pidana.

Soal penegakan hukum yang menyebabkan tersangka meninggal dunia, Tito menjelaskan hal itu hanya persoalan taktis di lapangan.

“Persoalannya taktik di lapangan, saat mau ditangkap mereka membahayakan petugas juga masyarakat umum. Ini sesuai aturan PBB: jika ada ancaman, kewajiban petugas adalah menghentikan ancaman itu,” kata Tito, sambil menambahkan hal itulah yang terjadi dalam kasus meninggalnya terduga teroris Siyono.

Menurut Tito strategi yang diambil Indonesia ini berbeda dengan sejumlah negara lain. Sebagai contoh, Amerika Sertikat melakukan pengerahan militer dalam pemberantasan teroris di Afghanistan.

Pengerahan militer ini mempunyai banyak kekurangan. Pasalnya yang dihadapi ini adalah orang-orang yang cari mati, dimana konfrontasi adalah salah satu yang mereka inginkan.

Secara umum, Tito Karnavian menilai penanganan kasus tindak pidana terorisme di Indonesia cukup baik. Dari 1.000 lebih tersangka yang ditangkap, 900 lebih masih hidup. Sebanyak 129 orang meninggal dunia. Sementara di pihak Polisi, ada 26 personel yang gugur dalam tugas.

Sementara, dengan alasan penghematan dan efektivitas anggaran, Tito tidak setuju jika dibentuk satu lembaga pengawas Densus 88 Antiteror.

Rekam Jejak Tito

Siapakah Kapolri baru ini? Komjen M Tito Karnavian lahir di Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), 26 Oktober 1964. Tito angkatan Akpol 1987 pertama yang menembus pangkat jenderal bintang tiga.

Keberhasilannya membongkar jaringan teroris Nurdin M Top, membuat Tito yang saat itu berpangkat Komisaris Besar Polisi naik pangkat menjadi Brigadir Jenderal Polisi.

Sewaktu kelas 3 SMAN 2 Palembang, Komjen Pol M Tito mengikuti ujian perintis, atau seleksi masuk perguruan tinggi (sekarang namanya SNMPTN).

Ia lulus Akabri tahun 1987 dan menjadi lulusan terrbaik saat itu sehingga mendapat bintang Adhi Makayasa.

Kemudian ia melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Exeter, Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies.

Lalu Komjen Pol M Tito Karnavian menimba ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih Strata 1 dalam bidang “Police Studies”.

Gelar-gelar pendidikan Komjen Pol M Tito Karnavian lainnya  didapat dari beberapa universitas, seperti dari Massey University Auckland di Selandia Baru tahun 1998 dalam bidang Strategic Studies, dan mengikuti pendidikan di Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura, pada tahun 2008 sebagai kandidat PhD dalam bidang Strategic Studies. Lima tahun kemudian pada bulan menyelesaikan PhD-nya.

Karir Komjen Pol Tito Karnavian di Kepolisian melesat kala bersama Tim Kobra berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiudin dan muncul Densus 88 Antiteror, ia pun mendapat kenaikan pangkat yang luar biasa.

Sejak 16 Maret 2016, Komjen M Tito Karnavian menjabat Kepala BNPT. Sebelum menjadri Kepala BNPT, menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya sejak 12 Juni 2015.

Profil Tito Karnavian

Nama Lengkap : Komjen. Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D

Tempat Lahir    : Palembang, Sumatera Selatan

Tanggal Lahir   : 26 Oktober 1964

Pangkat           : Komisaris Jenderal Polisi

Jabatan           : Kepala Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Agama             : Islam

Almamater       : Akademi Kepolisian 1987

Riwayat Pendidikan

SD Xaverius 4 Palembang (1976)

SMP Xaverius 2 Palembang (1980)

SMA Negeri 2 Palembang (1983)

Akademi Kepolisian (1987),  penerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik.

Master of Arts (M.A) in Police Studies, University of Exeter, UK (1993)

Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) (1996),  penerima bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan PTIK terbaik.

Royal New Zealand Air Force Command & Staff College, Auckland, New Zealand (Sesko, 1998)

Bachelor of Arts (B.A.) in Strategic Studies, Massey University, New Zealand (1998)

Sespim Pol, Lembang (2000)

Lemhannas RI PPSA XVII (2011) penerima Bintang Seroja sebagai peserta Lemhanas terbaik.

Ph.D in Strategic Studies with interest on Terrorism and Islamist Radicalization at S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore (magna cum laude, 2013)

Riwayat Jabatan

Perwira Samapta Polres Metro Jakarta Pusat (1987)

Kanit Jatanras Reserse Polres Metro Jakarta Pusat (1987–1991)

Wakapolsek Metro Senen Polres Metro Jakarta Pusat (1991–1992)

Wakapolsek Metro Sawah Besar Polres Metro Jakarta Pusat

Sespri Kapolda Metro Jaya (1996)

Kapolsek Metro Cempaka Putih Polres Metro Jakarta Pusat (1996–1997)

Sespri Kapolri (1997–1999)

Kasat Serse Ekonomi Reserse Polda Metro Jaya (1999–2000)

Kasat Serse Umum Reserse Polda Metro Jaya (2000–2002)

Kasat Serse Tipiter Reserse Polda Sulawesi Selatan (2002)

Koorsespri Kapolda Metro Jaya (2002 – 2003)

Kasat Serse Keamanan Negara Reserse Polda Metro Jaya (2003 – 2005)

Kaden 88 Anti Teror Polda Metro Jaya (2004 – 2005)

Kapolres Serang Polda Banten (2005)

Kasubden Bantuan Densus 88 Anti Teror Polri (2005)

Kasubden Penindak Densus 88 Anti Teror Polri (2006)

Kasubden Intelijen Densus 88 Anti Teror Polri (2006 – 2009)

Kadensus 88 Anti Teror Polri (2009-2010)

Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT (2011-21 September 2012)

Kapolda Papua (21 September 2012-16 Juli 2014)

Asrena Polri (16 Juli 2014-12 Juni 2015)

Kapolda Metro Jaya (12 Juni 2015)

Kepala BNPT (Sejak16 Maret 2016) [tribratanews.com/DS]