Pelacakan Data Ponsel tak Sekadar Mengerikan—Ini Alasan Anda Perlu Khawatir

Ilustrasi/consumerreports.org

Koran Sulindo – Telepon seluler pintar mengatur hidup kita. Memiliki informasi di ujung jari kita adalah kenyamanan tingkat tinggi. Mereka memberi tahu kita berbagai macam hal, tapi informasi yang kita lihat dan terima di ponsel hanyalah sebagian kecil dari informasi yang mereka hasilkan.

Dengan melacak dan memantau perilaku dan aktivitas kita, ponsel membangun profil digital mengenai informasi yang teramat pribadi tentang kehidupan personal kita.

Rekaman ini bukan sekadar logaritma dari aktivitas kita. Profil digital yang mereka ciptakan diperdagangkan antar perusahaan dan digunakan untuk membuat kesimpulan dan keputusan yang mempengaruhi terbukanya kesempatan bagi kita dan hidup kita. Lebih lagi, ini khususnya terjadi tanpa sepengetahuan, persetujuan, atau kendali kita.

Metode baru dan canggih yang dibangun ke dalam ponsel memudahkan untuk melacak dan memantau perilaku kita. Sejumlah besar informasi bisa dikumpulkan dari ponsel kita, baik saat digunakan secara aktif maupun ketika dijalankan di latar belakang.

Informasi ini bisa mencakup lokasi kita riwayat pencarian internet, komunikasi, aktivitas media sosial, data finansial dan biometrik seperti fitur sidik jari dan wajah. Ini juga bisa meliputi metadata—informasi tentang data—seperti waktu dan penerima pesan teks.

Tiap jenis data bisa mengungkapkan sesuatu tentang ketertarikan dan kecenderungan kita, apa yang kita lihat, hobi, dan interaksi sosial. Contohnya, sebuah studi yang dilakukan oleh The Massachusetts Institute of Technology (MIT) menunjukkan bagaimana metadata email bisa digunakan untuk memetakan hidup kita, yang menunjukkan perubahan dinamis dari jaringan profesional dan personal kita.

Data ini bisa digunakan untuk menyimpulkan informasi personal termasuk latar belakang seseorang, agama atau kepercayaannya, pandangan politik, orientasi seksual dan identitas gender, hubungan sosial, atau kesehatannya. Sebagai contoh, adalah mungkin untuk menyimpulkan kondisi kesehatan spesifik kita hanya dengan menghubungkan titik-titik antara serangkaian panggilan telepon.

Jenis data berbeda bisa digabungkan dan dihubungkan untuk membangun profil diri kita yang komprehensif. Perusahaan yang menjual dan membeli data—makelar data—telah melakukannya.

Mereka mengumpulkan dan menyatukan miliaran elemen data tentang orang untuk membuat kesimpulan tentang mereka. Kesimpulan ini mungkin terlihat tidak berbahaya tapi bisa memperlihatkan informasi yang sensitif seperti etnis, tingkat pendapatan, capaian pendidikan, status pernikahan, dan komposisi keluarga.

Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa tujuh dari sepuluh aplikasi ponsel berbagi data dengan perusahaan pelacak pihak ketiga seperti Google Analytic. Data dari berbagai aplikasi bisa dihubungkan di dalam sebuah ponsel untuk membangun gambaran yang lebih detail tentang kita, bahkan bila izin untuk aplikasi individual diberikan secara terpisah. Secara efektif, ponsel bisa diubah menjadi alat pengintai.

Hasilnya adalah penciptaan dan penggabungan jejak digital yang memberikan pengetahuan mendalam tentang hidup Anda. Alasan paling jelas bagi perusahaan yang mengumpulkan data tentang individu adalah untuk keuntungan, untuk menyampaikan iklan sesuai target, dan layanan yang dipersonalisasi. Beberapa iklan yang ditargetkan, meski mungkin mengerikan, belum tentu jadi masalah, misalnya iklan untuk pelatih baru yang telah Anda lihat.

Namun iklan bertarget berdasarkan data ponsel kita bisa memiliki dampak nyata pada penghidupan dan kesejahteraan kita, selain mempengaruhi kebiasaan belanja. Contohnya, orang yang kesulitan finansial mungkin ditargetkan untuk iklan payday loan. Mereka mungkin menggunakan pinjaman ini untuk membayar pengeluaran tak terduga, seperti biaya medis, pemeliharaan mobil, atau biaya pengadilan, tapi juga bisa mengandalkannya untuk biaya hidup rutin seperti bayar sewa dan utilitas.

Orang dengan situasi yang rentan secara finansial kemudian bisa terjebak dalam lilitan utang ketika mereka berusaha membayar pinjaman akibat bunga yang tinggi.

Iklan bertarget juga bisa memungkinkan perusahaan mendiskriminasi orang dan menolak mereka mendapat kesempatan yang setara untuk mengakses hak-hak asasi manusia, seperti memiliki rumah dan pekerjaan. Ras tidak secara eksplisit dimasukkan dalam informasi profil dasar Facebook, tapi “afinitas etnis” pengguna bisa dilakukan berdasarkan halaman yang mereka sukai atau terlibat di dalamnya.

Jurnalis investigatif dari ProPublica menemukan bahwa adalah mungkin untuk mengecualikan mereka yang memenuhi afinitas etnis tertentu dari iklan perumahan, dan kelompok usia tertentu dari iklan pekerjaan.

Ini berbeda dengan iklan tradisional di media cetak dan penyiaran, yang meski menargetkan, tapi tidak eksklusif. Siapa pun masih bisa membeli sebuah koran, meski mereka bukan pembaca tipikal koran tersebut. Iklan daring bertarget bisa sepenuhnya mengecualikan beberapa orang dari informasi tanpa sepengetahuan mereka. Ini adalah masalah khusus, karena internet, khususnya media sosial, kini seperti sumber informasi umum.

Data media sosial juga bisa digunakan untuk menghitung kelayakan kredit, terlepas dari relevansinya yang meragukan. Indikator seperti tingkat kecanggihan bahasa pengguna di media sosial, dan riwayat pembayaran pinjaman teman-teman mereka kini bisa digunakan untuk memeriksa kredit. Ini bisa berdampak langsung pada biaya dan suku bunga yang dibebankan pada pinjaman, kemampuan untuk membeli rumah, dan bahkan prospek pekerjaan.

Terdapat risiko serupa pada aplikasi pembayaran dan belanja. Di Cina, pemerintah telah mengumumkan rencana untuk menggabungkan data tentang pengeluaran pribadi dengan catatan resmi, seperti pengembalian pajak dan pelanggaran saat mengemudi. Inisiatif ini, yang dimotori oleh pemerintah dan perusahaan, sekarang ini dalam tahap uji coba. Begitu beroperasi penuh, hal tersebut akan menghasilkan nilai kredit sosial yang menilai kepercayaan individu warga negara. Penilaian ini selanjutnya bisa digunakan untuk mengeluarkan penghargaan atau denda, seperti hak istimewa dalam aplikasi pinjaman, atau pembatasan pada kemajuan karir.

Kemungkinan ini tidaklah jauh atau hipotetis—sekarang sudah terjadi. Ponsel adalah alat pengintai yang efektif, dan semua orang yang menggunakannya terpapar dengan risiko ini. Apalagi, tidaklah mungkin untuk mengantisipasi dan mendeteksi berbagai cara data ponsel dikumpulkan dan digunakan, untuk menunjukkan dampaknya secara keseluruhan. Apa yang kita ketahui mungkin baru permulaan saja. [Vivian Ng, peneliti di Human Rights Centre, University of Essex, Inggris; Catherine Kent, Project Officer, Human Rights Centre, University of Essex, Inggris]. Tulisan ini disalin dari The Conversation Indonesia, di bawah lisensi Creative Commons.