Suluh Indonesia – Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menerima kunjungan Kedutaan Besar India di kantor pusat partai di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin (6/9). Kedua pihak membahas sejumlah isu dari soal demokrasi dan pemilu, Covid-19, hingga soal Taliban.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menerima rombongan Kedubes India bersama Ketua DPP PDIP bidang luar negeri Ahmad Basarah, Direktur Hubungan Luar Negeri DPP PDIP Hanjaya, dan Yasinta Sekarwangi dari Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDIP. Sementara jajaran Kedubes India dipimpin oleh Basir Ahmad, Wakil Duta Besar yang baru ditugaskan di Indonesia.
Di awal pertemuan, Hasto menceritakan perjalanan panjang partainya dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara khusus dijelaskannya soal sejarah kantor partai di Diponegoro, yang dibangun ulang setelah dulu pernah diserang pada era pemerintahan otoriter Soeharto.
“Saya memberi tahu pertemuan kita ini kepada Ibu Megawati Soekarnoputri dan beliau menitipkan salam. Sekaligus pesan untuk berdiskusi soal pelaksanaan demokrasi di India, khususnya mengenai voting elektronik atau e-voting,” ujar Hasto.
Pembicaraan lalu berlangsung hangat karena Basir Ahmad merespons dengan pengakuan bahwa dirinya sudah beberapa kali ikut hadir saat pemimpin tertinggi negerinya bertemu dengan Megawati.
Basir mengaku pihaknya selalu tertarik dan ingin belajar bersama Indonesia. Karena Indonesia dan India memiliki banyak kesamaan. Baik dari jumlah penduduk hingga soal keragaman budayanya.
Basir mengatakan, soal e-voting, India sudah lama merencanakan dan membahasnya. Basir juga mengundang jika jajaran PDIP hendak mempelajarinya dengan datang langsung ke India. “Silakan berkunjung ke India,” kata Basir.
Pembicaraan juga menyentuh isu Laut China Selatan dan militer. Hasto mengatakan India mempunyai strategi yang menarik karena menjalin kerja sama militer, baik dengan Rusia dan Amerika Serikat (AS) sekaligus.
Basir tak banyak menjawab soal hubungan militer negaranya dengan Rusia dan AS. Namun dia menekankan bahwa pihaknya justru ingin belajar ke Indonesia yang selalu bisa menyampaikan pesan dan posisi diplomasi yang jelas di dunia internasional.
“Indonesia selalu kami anggap sebagai partner strategis, kata Basir.
Basir lalu berbicara soal isu Afghanistan dan Taliban, yang merupakan tetangga langsung India dari sisi kewilayahan.
Hasto lalu menjelaskan bahwa pihaknya memahami betul dampak kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan di Afghanistan. Sebagai partai nasionalis yang selalu teguh memegang Pancasila dan kebhinekaan, Hasto mengatakan PDIP selalu menjadi target kampanye negatif kelompok garis keras.
Namun serangan itu justru membuktikan bahwa strategi paling efektif membendung gerakan radikalisme adalah dengan terus memperkuat demokratisasi dan dukungan atas kebhinekaan.
“Kami konsisten untuk mendorong nasionalisme dengan semangat persamaan hak semua warga negara,” kata Hasto. “Ya kami juga mengakui dan melihat bagaimana PDIP mendorong moderasi,” ujar Basir menanggapi.
Covid-19 juga menjadi topik pembahasan. Keduanya saling menceritakan pengalaman menghadapi pandemi dan dampaknya yang berat terhadap perekonomian.
Basir lalu mengatakan bahwa India siap bekerja sama dengan Indonesia dalam menghadapi pandemi Covid-19. Termasuk kemungkinan membangun pabrik manufaktur vaksin Covid-19 di Indonesia.
Hasto mengapresiasi hal tersebut dan menyatakan bahwa Indonesia selalu membuka diri untuk bekerja sama dengan India.
“Kami mendukung penguatan kerja sama Indonesia dan India,” ucap Hasto.
Hasto lalu menjelaskan bahwa ekspor hasil pertanian Indonesia mengalami peningkatan. Ini dimungkinkan karena masifnya pembangunan infrastruktur di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Infrastruktur inilah kunci mendorong progres kenaikan ekonomi. Sayangnya belakangan tertahan karena pandemi,” ujar Hasto.
Yang jelas, dalam situasi pandemi dengan varian virus Covid-19, Hasto mengatakan bahwa mau tak mau, semua harus siap untuk hidup bersama pandemi.
“Kami di partai sudah membiasakan bagaimana bekerja lebih banyak secara virtual. Sudah ratusan rapat partai kami lakukan secara virtual di masa pandemi,” katanya.
Dalam pertemuan itu, Hasto memberikan sejumlah cinderamata berupa plakat, kain batik Nusantara, dan buku “Mustika Rasa.” Buku yang disebut terakhir berisi resep-resep kuliner Nusantara yang dibuat di era Presiden Soekarno.
Kunjungan antar sahabat itu lalu diakhiri dengan makan siang. PDIP menyiapkan sejumlah menu kuliner Nusantara, di antaranya nasi goreng, soto, dan sate. [CHA]
Baca juga
- Pilih E-Voting atau E-Recap
- TALIBAN versus (Kekayaan Budaya) AFGANISTAN
- Inilah Batik!
- Pertempuran Surabaya dan Dilema Tentara India