Koran Sulindo – PDI Perjuangan Surabaya bakal mengerahkan sedikitnya 5.000 kadernya mengawal mengawal kemenangan Gus Ipul-Mbak Puti.
Ribuan kader itu juga ditugasi untuk mengawal suara pasangan tersebut.
“Saya optimistis di Surabaya pasangan Gus Ipul-Puti menang. Karenanya pengawasan perlu dilakukan setiap tempat pemungutan suara,” kata Wakil Ketua DPC PDIP Surabaya Sukadar, di Surabaya, Jawa Timur, Senin (11/6).
Sukadar menyebut ribuan kader itu bakal bergabung dengan apa yang disebutnya sebagai ‘tentara partai’ termasuk mengawal pengiriman kotak suara usai pelaksanaan pencoblosan dan penghitungan suara dari TPS sampai tempat tujuan.
“Mereka akan terus mendampingi sampai selesai,” kata Sukadar.
Ia menambahkan, saat ini ‘tentara partai’ sudah mulai bergerak dengan mencoba mengenali pemilih. Termasuk mencegah orang dari luar yang mencoba untuk ‘bermain-main’ dan mempraktikan politik kotor di Surabaya.
“Tentara partai ini cuma mengantisipasi terjadinya praktik politik uang menjelang pencoblosan,” kata Sukadar.
Sebelumnya, Ketua DPC PDIP Surabaya Whisnu Sakti Buana mengatakan bahwa ‘tentara parta’” harus siap setiap saat dan kapan pun dibutuhkan partai.
Untuk itu, Whisnu mengajak para kader PDIP yang tergabung dalam ‘tentara partai’ menjadi komandan peleton di kelurahannya.
“Tentara partai ini menjadi delegasi partai yang siap digerakkan sewaktu-waktu, menjadi ujung tombak di tingkat bawah,” kata Whisnu.
Namanya tentara, kata Whisnu, harus siap setiap saat dan kapan pun dibutuhkan partai harus siap. Untuk itu, Whisnu mengajak saksi menjadi bagian pembentukan kader militan. Tentara partai ini menjadi komandan pleton di kelurahannya.
Whisnu mengatakan rekruitmen saksi tidak sebatas satu orang untuk tiap tempat pemungutan suara (TPS), melainkan tiga orang per TPS. Saksi tidak sebatas datang pagi, duduk, mengamati proses pemilihan suara, mengawasi proses penghitungan, dan memberikan laporan.
“Tapi saksi yang jelas hari ‘H’ pencoblosan harus paham betul siapa yang jadi pendukung, siapa yang terdaftar di daftar pemilih tetap. Ini penting karena lawan berpotensi melakukan kecurangan secara sistematis. Pemilu ajang perang, jangan sampai dicurangi. Antisipasi model kecurangan seperti apapun,” jelasnya.
Sementara itu, menyoal Pemilu 2019, Whisnu menyebut prosesnya bakal lebih rumit karena ada lima surat suara yang diterima pemilih, yakni surat suara untuk pemilihan umum anggota legislatif kota/kabupaten, provinsi, DPR RI, DPD, dan Pemilu Presiden.
Waktu penghitungan surat suara yang diperlukan, kata dia, lebih lama karena tiap kotak suara bisa memakan waktu 3 jam.
“Untuk itu, ‘tentara partai’ dibutuhkan dalam mengawal setiap pencoblosan sampai penghitungan suara berakhir,” katanya. [CHA/TGU]