Ketua DPP PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira.

Koran Sulindo – Salah seorang penggerak Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas, menanggapi pernyataan Ketua DPP PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira, terkait Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Pada Selasa lalu (23/8), Andreas mengatakan Ahok seharusnya menjadi calon wakil gubernur kalau ingin diusung PDI Perjuangan. “Kalau menurut kalkulator politik, seharusnya Pak Ahok jadi cawagub. Kalau dia punya 23 kursi, kami punya 28 kursi. Lebih banyak dong,” ujar Andreas di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta.

Dua puluh tiga kursi yang dimaksud adalah jumlah anggota DPRD DKI Jakarta dari partai pendukung Ahok, yakni Partai Golkar, Nasdem, dan Hanura. Sementara itu, PDI Perjuangan punya 28 kursi.

Menurut Amalia, PDI Perjuangan sebaiknya mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur sendiri ketimbang menarik Ahok menjadi calon wakil gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017. “Kayaknya [PDI-P] kepedean. Kenapa dia memilih Ahok gitu lo. Kenapa dia enggak nyalonin sendiri beserta satu paket?” tutur Amalia sebelum acara peresmian Rumah Lembang di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (25/8) Rumah Lembang adalah sekretariat tim sukses Ahok.

Meskipun begitu,  ia juga mengungkapkan, Teman Ahok tidak dalam posisi menyetir pencalonan Ahok. Keputusan menjadi cagub atau cawagub, katanya, sepenuhnya diserahkan ke Ahok. “Kalau tanya ke Teman Ahok, kami mau Ahok jadi gubernur lagi. Terus, kalau tanya Bapak jadi cawagub gimana? Ya, tanya ke Pak Ahok, mau enggak jadi cawagub? Kalau mau, ya, kami mau gimana?” kata Amalia.

Pertanyaannya, PDI Perjuangan yang terlalu percaya diri (pede) atau Teman Ahok yang mengalami kompleks rendah diri? Karena, awalnya, Teman Ahok justru yang terkesan terlalu percaya diri dapat mengusung Ahok lewat jalur perseorangan, karena mereka terkesan tidak percaya pada partai politik. Bahkan, mereka juga telah mengklaim dan merayakan perolehan sejuta kartu tanda penduduk (KTP) dari warga Jakarta untuk mendukung Ahok. Kenyataannya, sampai masa pendaftaran calon perseorangan ditutup KPUD Jakarta, sesobek fotokopi KTP itu pun tak ada yang diserahkan ke lembaga yang penyelenggara pemilihan kepala daerah itu.

Ahok juga begitu. Awalnya, ia mengatakan, kalau hanya ingin maju lewat jalur perseorangan dengan dukungan Teman Ahok. Ia akan memilih tidak menjadi gubernur daripada harus tinggal Teman Ahok. “Teman Ahok enggak mudah kumpulkan 1 juta KTP. Kalau saya disuruh pilih, pilih Teman Ahok tapi gagal jadi gubernur atau jadi gubernur tapi tinggalkan Teman Ahok, saya pilih gagal jadi gubernur saja,” katanya pada 19 Juni 2016 lalu. Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan, dirinya sebenarnya tak mau bertemu Teman Ahok kalau mereka gagal memperoleh satu juta KTP.

Sebenarnya, bukan sekali ini saja Teman Ahok terkesan memadang sebelah mata terhadap keberadaan dan kredibilitas PDI Perjuangan. Pada Februari lalu, misalnya, mereka membuat karikatur yang dipajang di laman website-nya. Karikatur itu diberi keterangan “Jika Partai Hendak Usung Ahok, Teman Ahok: Yakinkan 730ribu Orang Dulu”. Gambarnya: orang dengan memakai ikat kepala bertuliskan “relawan” tengah berupaya menahan seseorang yang diidentikan dengan Ahok agar terus berupaya melewati jalan independen dan tidak tergoda dengan partai politik. Akan halnya partai politik itu digambarkan dengan banteng berwarna hitam bermata merah dengan memakai jubah hitam panjang dan membawa sebuah bandul yang dilabelkan sebagai alat untuk menghipnotis Ahok.

Tentu saja, karikatur itu membuat berang banyak kader PDI Perjuangan. Karena, gambar banteng itu akan langsung mengingatkan orang kepada logo PDI Perjuangan. [HAZ]