Koran Sulindo – PDI Perjuangan mengajak seluruh masyarakat berjuang bersama untuk mewujudkan watak politik yang berkeadaban. Partai berlambang moncong putih itu juga menolak berbagai bentuk kampanye hitam (black campaign) yang menghalalkan segala cara dengan menghancurkan reputasi politik Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi, yang dicalonkan PDI Perjuangan dan PKB sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur, mendampingi Saifullah Yusuf.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di Jakarta, Sabtu (6/1). “Begitu kerasnya upaya pihak-pihak mana pun yang melakukan kampanye hitam yang mengorbankan aspek etika agar benih-benih generasi muda yang punya kepemimpinan sangat baik dapat dipatahkan di tengah jalan. Karena itulah PDI Perjuangan tetap kukuh. Kami memberikan dukungan moral. Kami memberikan dukungan sepenuhnya bahwa yang namanya Abdullah Azwar Anas adalah sebuah korban dari politik liberal,” tutur Hasto.
PDI Perjuangan, tambahnya, memutuskan bahwa, meskipun Azwar Anas telah menyerahkan mandat, pihaknya tetap memberikan dukungan untuk melawan segala upaya yang mencoba menzalimi sosok yang dikenal merakyat tersebut. “Partai menginstruksikan jajaran untuk memberikan dukungan kepada Bung Azwar Anas di dalam menegakkan kebenaran di atas kebenaran itu. Karena, kami percaya, kami diajari di dalam berpolitik ini, siapa pun yang menghalalkan segala cara tidak akan menang. Mereka akan dikalahkan oleh kekuatan rakyat itu sendiri,” ungkap Hasto.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, lanjut Hasto, juga mengingatkan bahwa persatuan dengan rakyat adalah senjata yang sehebat-hebatnya. Apalagi, Anas sangat dicintai rakyat Banyuwangi karena kepedulian dan kinerjanya di sana. “Kita bisa melihat sendiri prestasi Bung Azwar Anas di Banyuwangi. Kabupaten yang dulu tidak diperhitungkan sekarang berubah dengan cepat. Rakyatnya hidupnya lebih baik. Tetapi, kemudian, hanya gara-gara merebut kekuasaan dengan menggunakan cara-cara keji—meskipun kami tidak percaya foto-foto yang beredar itu—kami melihat Bung Anas dalam keseharian adalah orang baik, orang jujur. Dia orang yang mencoba menolak berbagai macam suap demi kekuasaan untuk rakyat itu,” kata Hasto.
Terkait pengembalian mandat yang dilakukan Azwar Anas kepada DPP PDI Perjuangan, pihak PDI Perjuangan masih mempertimbangkannya, apalagi PDI Perjuangan dihadapkan ke pilihan yang tidak mudah. “Kami tetap akan mendampingi Bung Azwar Anas. Kami bukan partai ketika ada orang yang bermasalah kami tinggalkan. Apalagi ini, sekali lagi, karena masalah kekuasaan. Bung Anas tahu, dirinyalah yang ditarget. Dirinya yang dikejar-kejar, dia pun memilih, ‘Biarlah saya berkonsentrasi di Banyuwangi bersama masyarakat Banyuwangi di mana saya mengabdi.’ Semoga diberikan keadilan atas praktik-praktik kekuasaan yang tidak benar ini,” ujar Hasto.
PDI Perjuangan kembali mengingatkan tema sentral yang diangkat dalam Pilkada 2018, yakni menjalankan politik secara beradab dan menentang politik hitam dari pihak mana pun, yang menggunakan segala cara untuk meraih kekuasaan. “Mereka yang telah kami pilih sebagai paslon untuk tetap teguh pada jalan kepemimpinan untuk rakyat. Dan waspadailah kampanye hitam yg dilakukan secara melalui rekayasa pelanggaran moral; isu korupsi, dan; berbagai isu lainnya, termasuk ujaran kebencian dan memecah belah antara calon dan parpol pengusungnya,” kata Hasto.
Sebelumnya, pada Sabtu pagi, Abdullah Azwar Anas telah mengembalikan mandat penugasan sebagai bakal calon Wakil Gubernur Jawa Timur melalui PDI Perjuangan. Pada siaran pers tertulis sejumlah klarifikasi dan keterangan dari Anas terkait polemik yang terjadi menjelang pilkada. “Demi tanggung jawab saya kepada masyarakat bahwa menjadi pemimpin itu harus amanah, juga demi terwujudnya program-program kerakyatan partai dalam pembangunan untuk menyejahterakan rakyat Jatim, saya memberikan kembali mandat penugasan sebagai Cawagub Jatim ke partai,” tulis Anas.
Sebelumnya, ia mengungkapkan, dirinya telah mengalami berbagai cobaan, godaan kekuasaan, penyuapan, bahkan cara-cara yang tidak manusiawi dalam hampir dua periode memimpin Banyuwangi. “Dan, alhamdulillah, saya bisa atasi dan masyarakat Banyuwangi memberi apresiasi atas kerja pelayanan saya dengan berbagai indikator perbaikan yang rigid dan terukur, seperti penurunan kemiskinan dan peningkatan pesat pendapatan per kapita rakyat. Namun, ketika saya berproses dalam pencalonan sebagai wakil gubernur, ada pihak-pihak yang menggunakan segala cara yang mengorbankan kehormatan keluarga saya, rakyat Banyuwangi dan Jawa Timur, serta para ulama dan sesepuh yang selama ini membimbing saya,” tuturnya. [CHA]